Di negara dengan hukum seperti di Indonesia ini, berjudi dengan bermain poker bukanlah sebuah permainan yang cukup populer, kecuali jika kalian adalah seorang yang memiliki peluang menginvasi kasino di negara-negara tetangga, atau seorang anak muda yang punya banyak waktu untuk menghabiskan waktu bermain poker online di depan komputer seharian (untuk kategori terakhir sepertinya akan mudah ditemukan di warnet-warnet RT setempat). Kini kembali hadir sebuah film yang mengangkat kisah perjudian dengan segala sistim ilegal yang berkelut di dalamnya. Sebuah premis yang cukup berpeluang menciptakan konflikk penuh dengan intrik yang rumit dan ruwet. Tentunya dengan sajian kisah seperti itu, dibutuhkan berbagai komponen lain untuk mendukung kesuksesan film. Disutradarai oleh Brad Furman, pria yang sebelumnya menyajikan drama kriminal The Lincoln Lawyer yang memiliki reputasi cukup baik, kini menghadirkan film dengan menggaet beberapa bintang kenamaan yang cukup memikat hati; sebut saja Justin Timberlake yang baru-baru ini melakukan come-back album terbarunya, Ben Affleck yang masih hangat dengan kontroversi pemilihannya sebagai Batman, hingga si eksotis Gemma Arterton. Mengemas film dengan genre yang sudah berpengalaman dengan cast yang cukup menjanjikan, apakah film yang diberi judul Runner Runner ini dapat melangkah sukses melalui tema perjudian yang tidak terlalu populer ini?
Richie Furst (Justin timberlake ) adalah seorang pelajar di universitas Princeton yang baru saja mengalami kecurangan dalam sebuah situs perjudian online dan menguras semua uang bahkan untuk biaya kuliahnya sekaligus. Tidak dapat menerima kesialan ini, ia pun mencari pertanggung jawaban dengan menemui pemilik situs tersebut yang berada jauh di Costa Rica, ialah Ivan Block (Ben Affleck) seorang bos besar yang justru melihat adanya potensi dalam Richie kemudian merekrutnya untuk bekerja sama. Dalam perkembangannya, hubungan merekapun mulai memanas ketika seorang agen FBI mencoba menggunakan Richie untuk menjatuhkan Ivan.
Seperti
yang dikatakan karakter Richie dalam film, pada dasarnya setiap orang
melakukan perjudian dalam hidupnya. Ketika menentukan sebuah pilihan
kita juga bertaruh untuk menghadapi setiap konsekuensinya. Secara garis
besar, film ini mengikuti paham yang dikemukakan karakter utamanya
tersebut. Dunia perjudian yang tidak menentu, manipulatif, kelam, dan
sarat akan kriminalitas digambarkan begitu rinci. Filmnya sendiri
bergerak seperti angka yang akan muncul dari dadu yang bergulir di atas
meja, tidak dapat ditebak dan bergerak acak. Semestinya, film ini dapat
memicu tensi dengan begitu banyaknya bahaya yang menentang setiap
keputusan yang dipilih oleh Richie, namun di sepanjang film justru
tidak menimbulkan kecemasan apapun pada penonton akan karakter utamanya.
Film berjalan dengan datar. Cerita yang dibagun begitu berantakan.
Didukung pula dengan editing yang membuat adegan melompat ke sana
melompat ke sini, membingungkan, apalagi bagi penonton umum yang banyak
yang tidak familiar dengan dunia perjudian.
Justin
Timberlake, saya pikir, sudah berusaha menampilkan performa maksimal,
hanya saja, terdapat banyak momen dengan penampilannya yang pontensional
namun tidak ditangkap dengan baik oleh pengemasan film sehingga ia pun
ikut terseret oleh datarnya film ini. kebalikannya Gemma Arterton, yang
berperan sebagai semacam asistem pribadi Ivan Black, memiliki peran yang
lebih dari sekedar pemanis, ia berpeluang menjadi scene stealer namun
amat disayangkan penampilannya sungguh biasa saja. Lain lagi kasus
dengan Ben Affleck yang malah seperti miscast. Untuk seorang karakter
yang paling manipulatif, ia bermain terlalu banyak pada salah satu dari
dua sisi karakter yang semestinya dapat membuat penonton bertahan dalam
menilainya sebagai karakter yang abu-abu.
Film
ini sulit untuk dijadikan pilihan sebagai sajian hiburan yang
memuaskan, cara penceritaannya yang berusaha terlalu keras untuk menjadi
rumit membuta kita tidak nyaman mengikuti alurnya. Terkecuali bagi
kalian yang begitu fans kepada salah satu (atau semua) bintang utamanya,
film masih bisa dijadikan pelepas dahaga melihat aktor-aktrisnya sibuk
wara-wiri di negri Costa Rica yang kumuh-eksotis.
Meskipun
banyak hal berantakan ditemui sepanjang film, masih terdapat sedikit
kemenangan yang diraih oleh film ini yaitu pada endingnya. Biasanya,
sebuah ending yang cemerlang dapat menyelamatkan film secara
keseluruhan. Meskipun hal itu tidak terjadi pada film ini, paling tidak
bagaimana mereka mengeksekusi akhir cerita sudah dirasa cukup rapi dalam
menyelesaikan setiap konflik, dan sejenak membuat penonton melupakan
kepenatan dalam mencerna jalan ceritanya yang melelahkan.
Ditulis oleh Arief Noor Iffady
Ditulis oleh Arief Noor Iffady