Karakter utama kita, Lucy (Scarlett Johansson) pada mulanya
adalah seorang muda biasa yang sedang bersekolah di Taipei. Sebuah
kebetulan yang buruk membuatnya langsung terseret ke dalam pusat pusaran
masalah. Kemudian masih dalam segala kebingungan situasi dan
miskomunikasi kultur bahasa, kita dipertemukan seorang Choi Min-Sik yang
muncul ke depan layar dengan cara yang keren -- alias berdarah-darah,
yah, jika kita berbicara karakter antagonis dengan aktor yang satu ini,
kalian pasti mengerti seperti apa itu kerennya! Tidak lama berselang,
tiba-tiba kemudian penonton dibawa masuk ke dalam kelas seorang dosen
yang sedang mengajar. Di sinilah kita bertemu Morgan Freeman dengan
presentasinya yang menarik tentang kinerja otak makhluk paling cerdas di
dunia. Obrolannya menarik, walau saya sendiri tidak yakin apakah
benar-benar mengerti tentang apa tepatnya hipotesis yang sedang ia
bicarakan, namun ternyata adegan itu mencoba menjelaskan secara ilmiah
bagaimana prosedur "penciptaan manusia super" yang akan kita saksikan
dari karakter Lucy. Rasanya baru kali ini ada yang menerangkannya
sampai sedetil itu, biasanya di film-film seperti ini hanya sekedar
menampilkan visual DNA si calon super yang terkontaminasi dan berubah
warna, dangkal sekali. Film ini bahkan menampilkan berbagai cuplikan
video a la Discovery Channel yang begitu majestic sebagai pendukung
topik. Jadi pada umumnya film ini bisa dikatakan tersusun dari beberapa
macam materi dengan tema pilihan yang sejalur yang kemudian digabungkan
secara selang-seling. Tentang Lucy yang malang, Morgan Freeman yang
sedang mengajar, dan cuplikan-cuplikan video Discovery Channel! Cukup
absurd dan ini nyaris menyerupai sebuah tayangan random yang kehilangan
arah, nyaris saja. Gaya penceritaan sutradara Luc Besson yang nyentrik
dan sedikit absurd di sini begitu terasa, mengingatkan kita pada The
Fifth Element dengan Mila Jokovich yang di sana juga banyak kebingungan.
Saya suka dengan performa Johansson ketika ia mederita
disiksa dan kebingungan secara mengibakan pada awal film, setelah
mengalami turning point ia malah menjadi seperti si agent super Black
Widow yang sudah bosan terhadap dunia. Dan soal Morgan Freeman,
kharisma aktor senior ini memang selalu menawan. Menyaksikan ia yang
sedang menemukan wujud sains secara nyata itu seperti memberi kita
harapan dunia yang baru dari balik sebuah jendela. Sayanga saya sedikit
tergelincir akan harapan dengan karakter yang dibawakan Choi Min-Sik
yang seperti hanya ditampilkan bagian kulitnya saja. Jika hanya untuk
memerankan karakter antagonis sebatas itu rasanya memperkerjakan ia
adalah pemborosan.
Film ini bisa menjadi salah alamat apabila calon penonton
mengharapkan banyaknya rentetan laga yang spektakuler, pun sebaliknya
jika menginginkan cerita yang lebih "berat bergizi" sebetulnya masih
kurang bobotnya juga. Meski demikian, bagian paling menarik yang saya
temukan adalah ide mengenai kinerja otak manusia yang menjadi isu teknis
dalam cerita, dan cara mereka menekan fakta ilmiah tersebut hingga
batas paling akhir dan menyentuh level 'fiksi', dan kemudian dengan
leluasa mereka mengemas semua potensi di luar nalar logika itu secara
entertaining dengan banyak bantuan bumbu efek visual komputer. Lucy akan tayang midnight pada Sabtu 23 Agustus dan tayang secara luas pada 27 Agustus 2014.
(Ipan)