Ketika Mas Gagah Pergi adalah film yang diangkat dari novel berjudul sama yang ditulis oleh Helvy Tiana Rosa yang menjadi best seller dan salah satu pionir sastra remaja islam pada tahun 90-an. Kini kisah tersebut diangkat kelayar lebar dengan kerjasama dengan Aksi Cepat Tanggap (ACT) sebuah lembaga kemanusiaan global dan juga didukung oleh lebih dari 10 komunitas besar di Indonesia.
Film bergenreremaja (R) ini kental dengan nuansa islami dan kemanusiaan, salah satunya mengangkat kisah Palestina yang tertindas.Shooting film-nya sendiri mengambil lokasi jabodetabek dan Ternate.Mengangkat eksotisnya Indonesia Timur melalui alam indah Ternate dan kisah sejarah Islam yang melatar belakangi kita ini, menjadikan Ternate pilihan lokasi shooting dan merubah lokasi dalam novelette yang aslinya yaitu Madura.
Kisah Ketika Mas Gagah Pergiyang kental dengan isu kemanusiaan, memantapkan langkah kami untuk takhanya sekedar memproduksi film, namun juga berupaya menebarkan kebaikan.Sejak awal rencana produksi, sang penulis, para producer juga cast and crew meniatkan bahwa sebagian keuntungan film ininantinyaakan diberikan untuk anak-anak di Indonesia timur dan Palestina. Allah pasti mendengar doa kami. Belum ditayangkan pun, ternyata kami mendapatkan dukungan dan sponsorship dari Wardah Cosmetics yang tidak hanya support sponsorship untukproduksi film namun juga support dana untuk bantuan pendidikan di Indonesia timur dan Palestina.
Mas Gagah bagi Gita adalah seorang kakak yang sempurna: ganteng,baik, gaul dan asik. Semua teman-teman Gita juga banyak yang menyukai Mas Gagah baik secara diam-diam atau terang-terangan dengan menitip salam dan main kerumah Gita hanya untuk bertemu Mas Gagah.
Gagah yang aktif di dunia model menyukai sajasemua perhatian yang ditujukan untuk dirinya, bahkan hanyut dalam gemerlapnya dunia entertainment yang mulai memanjakannya.Gagah dan Gita selalu asyik menghabiskan har iberdua, jalan-jalan atau sekedar nongkrong jajan di café.
Namun, suatu hari Gagah berubah… pasca kepergiannya ke Ternate untuk KKN, Gagah menjadi sangat berbeda.Dia lebih pendiam, jenggot mulai tumbuh di dagunya, rajin mengaji, tidak suka jalan-jalan lagi dan yang paling parah menurut Gita adalah selera music Mas-nya yang sekarang menjadi norak: Mas Gagah suka mendengarkan nasyid. Gita sebalsekali.Kakaknya berubah, menjadi norak dan radikal.
Kesal dengan perubahan diri kakaknya, Gita menolak untuk diantar lagi oleh Gagah ke sekolah dan lebih memilih naik bus. Di dalam bus, bukannya tenang ia malah bertemu sosok Yudi yang suka berceramah di bus kota. Bagi Gita, tingkah laku kakaknya dan juga sosok ustad dalam bus kota ini begitu menyebalkan. Entah kenapa, image Islam di mata Gita begitu kaku dan norak.
Gagah sedih melihat sikap adik dan ibunya yang belum bisa menerima perubahannya. Namun ia tidak menyerah. Ia tetap menyanyangi keluarganya seperti biasa. Ia juga bergaul dengan para preman yang diketuai 3 preman bernama Bang Urip (EpyKusnandar), Maksi (AbdurArsyad) danjuga Kang Asep (Bagja) yang ternyata telahi nsyaf dan memutuskan membangun masyarakat daerah Angke.
Sementara Gita, di satu sisi baginya Mas Gagah itu menyebalkan, tapi kenapa seolah teman-teman, lingkungan dan dunia berbicara tentangi ndahnya Islam? Benarkah Islam itu Indah? Benarkah Islam itu cinta? Ketika Gita akhirnya menyadari kesalahannya, masih maukah Mas Gagah memaafkannya? masih sempatkah ia meminta maaf pada Mas Gagah?