Film yang didaptasi dari sebuah novel adalah sesuatu hal yang sedang booming di industri perfilman tanah air. Dan perlu disadari, seperti yang diungkapkan oleh sutradara "Raksasa Dari Jogja" tidak mudah untuk bisa membuat film adaptasi sebuah novel karena mempunyai level kesulitan sendiri dari pada film yang diangkat dari naskah original. Pertama, film sudah mendapat lawan yang tangguh dalam bentuk ekspetasi para pembaca novelnya. Kedua adalah bagaimana sebagai pembuat fimharus bisa menggali sesuatu yang lebih. Sesuatu yang "ada" namun sekaligus "tidak ada" di novel tersebut.
Dan kali ini, setelah di 5 film terakhirnya menyutradarai film bergenre komedi, Monty Tiwa kali ini kembali menyutradarai film bergenre- drama-romantis setelah absen 4 tahun menangani genre seperti ini yang mana terakhir kali "Test pack" yang juga diadaptasi dari novel. Karina Salim dan Abrar Adrian didapuk sebagai pemeran utama dan didukung oleh aktor dan aktris yang sudah sangat kita kenal seperti Ray Sahetaphy Dewi Irawan, Ridwan Ghany, Sahila Hisyam, Kiki Farrel dan aktor langganan Monty Tiwa yaitu Dwi Sasono.
Sinopsis:
Bian (Karina Salim) punya segalanya. Wajah cantik, rumah elit di Jakarta dan pacar tampan. Realitanya sungguh berbeda. Sejak kecil, Bian selalu hidup dalam ketakutan. Sang Papa (Ray Sahetapy) yang dikenal sebagai politikus terhormat, sering melakukan KDRT terhadap Mama (Unique Priscilla). Bian memergoki pacarnya, Pras (Kiki Farel), berselingkuh dengan Letisha (Adinda Thomas), sahabat Bian sejak kecil. Bian memutuskan meninggalkan rumah dan kuliah di Jogja.
Bian yang tinggal di rumah Bude (Dewi Irawan) bersama Kevin (Ridwan Ghany) sepupunya, berubah jadi gadis pendiam dan selalu menutup diri. Dia selalu menolak ketika Rinta (Sahila Hisyam), pacar Kevin, mengenalkan Bian dengan teman-teman cowoknya. Bian berubah ketika bertemu dengan seorang pemuda bertubuh raksasa bernama Gabriel (Abrar Adrian) di sudut sepi kampusnya. Bian mengenali Gabriel yang pernah menolongnya di bus Trans Jakarta. Pertemuan ini membuat Bian minta informasi dari teman kuliahnya, Vanessa (Stella Cornelia).
Bian kemudian tahu kalau Gabriel juga bekerja sebagai jurnalis surat kabar. Setelah selesai membaca artikel demi artikel yang ditulis Gabriel, Bian semakin kagum dan jatuh hati. Sementara Gabriel sebenarnya sedang berusaha mengejar mimpinya melanjutkan kuliah S2 di Eropa. Dengan bantuan mas Angkola (Dwi Sasono), yang juga pemilik surat kabar tempatnya bekerja, Gabriel mendapatkan beasiswa. Takdir berkata lain. Ketulusan dan kelembutan hati Bian, membuat Gabriel yang sering dipanggil monster dari Jogja membuka hatinya.
Seperti yang sudah disinggung diatas dari ungkapan Monty Tiwa, bahwa tidak mudah bisa mengadaptasi sebuah novel menjadi media visual yang sangat bisa dinikmati oleh para penonton. Terlebih untuk plot cerita yang disajikan oleh "Raksasa Dari Jogja" sangat banyak kita temui di fim lainnya. Poin lebih ada pada skenario yang dipegang langsung oleh Monty Tiwa dan Ben Sihombing yang mampu merubah adegan ataupun dialog yang sebenernya terdengar dan terlihat chessy pun bisa divisualkan dengan sesuatu yang berbeda yang saya sendiri terasa sangat menikmati film ini.
Abrar Adrian memang masih terasa sangat kaku, tapi untungnya mampu ditutupi oleh Karina Salim sebagai lawan main. Dan Dwi Sasono adalah pemecah dan yang sangat menarik perhatian dalam setiap kemunculannya di layar dibandingkan karakter pendukung lainnya. Sepertinya Monty Tiwa sangat memberi kebebasan pada Dwi Sasono dalam mengimprovisasi karakter Angkola. Itu bisa terlihat bagaimana sangat leluasanya karakter ini.
Raksasa Dari Jogja bisa jadi tidak menawarkan sesuatu yang baru dari plot cerita, tetapi dengan skenario yang sangat bagus, Monty Tiwa sangat berhasil menampilkan film yang sangat menarik diikuti. Prediksi saya film ini akan makin banyak mendapat hati penggemarnya yang filmnya sudah release 31 Maret 2016.