Ouija: Origin of Evil sepenuhnya adalah tindak lanjut dari film Ouija (2014) yang seharusnya tidak perlu ada. Tetapi karena film horor terbilang masih menuai keuntungan besar, itulah sebabnya mengapa sekarang ada prekuel Ouija.
Ini bermula di tahun 1967, seorang ibu bernama Alice (Elizabeth Reaser) hidup dengan membaca nasib dan peruntungan, tapi sayangnya dengan menipu. Putrinya, Paulina (Annalise Basso) dan Doris (Lulu Wilson), membantu ibunya.
Dihadapkan dengan setumpuk tagihan, Alice berinvestasi di papan Ouija untuk mencoba peruntungan. Tapi hal misterius terjadi ketika Doris, anak bungsunya dapat berbicara dan menyalurkan kekuatan gaiab dari sisi lain.
Ada rasa penasaran terhadap asal mula papan permainan supernatural di film Ouija yang rilis tahun 2014, saya pun tertarik untuk menontonnya. Origin of Evil akhirnya berhasil membuat film sebelumnya terlihat lebih bagus.
Film ini terasa sebagian besar terputus-putus, berbagai adegan yang mengagetkan dirangkai dengan narasi yang lambat. Pada satu titik plot, melompat kemudian dipotong dari satu adegan ke cerita yang sama sekali berbeda dengan tujuan menakut-nakuti, tetapi tidak menimbulkan respon yang diinginkan penonton. Saya melihat film cenderung tak bersemangat.
Sutradara Mike Flanagan gagal dan membuat Origin of Evil cukup membosankan. Tidak ada efek yang mengesankan, mengeksploitasi kenangan Holocaust cukup usang dalam artian klise. Pilihan musik tahun 60-an tidak membuat bulu kuduk merinding. Beda dengan lagu pada Insidious, Tip Toe Through The Tulips yang sampai saat ini jika saya mendengarnya akan merinding.
Origin of Evil, yang ditulis oleh Flanagan dan Jeff Howard ini masih membutuhkan penjelasan lagi, mengapa roh jahat mengamati keluarga Zander. Mungkin akan ada prekuel selanjutnya dengan judul Ouija: More Origin of Evil. Tampaknya saya akan menyimpan saja uang saya di dinding jika ada lanjutnya. Diulas oleh termeong.com