“Diam itu emas.” Adalah sebuah pepatah lama yang mendukung pepatah lama lainnya “Lidahmu Harimaumu” dan juga “Tong Kosong Nyaring Bunyinya”. Pernyataan ini pun masih di dukung sampai sekarang dengan ekspresi kemarahan seseorang, ketika dia diam, orang tersebut terlihat lebih menyeramkan daripada ketika berbicara. Bahkan diam juga bisa dilakukan bersama-sama untuk menuntut sesuatu yang merupakan hak banyak orang, atau kadang disebut dengan aksi diam. Tetapi diam tersebut adalah sebuah pilihan sikap bagi mereka yang mengekspresikan diri mereka sebagai balasan atas suatu hal. Bagaimana kalau mereka diminta diam bukan sebagai pilihan tapi sebuah keharusan? Mereka diminta untuk tidak menimbulkan suara bising karena suara mampu membuat mereka merenggang nyawa? Film A Quiet Place adalah jawabannya.
A Quiet Place adalah sebuah film horor karya John Krasinski yang membuat para penonton tercengang dan merasa ngeri dengan kondisi yang ada di film. Kisah tragis dunia dystopia akibat polusi suara yang membuat banyak manusia di Bumi terbunuh karena suatu makhluk. Makhluk tersebut mengincar mereka yang menimbulkan suara yang cukup keras dari suara batuk atau setidaknya suara manusia ketika berbicara.
Suara itu berbahaya! Dan bahaya mampu digambarkan dengan tragis bagi keluarga Abbot sebagai salah satu keluarga yang masih selamat dari ancaman. Ketika mereka mencari persediaan hidup dari sebuah supermarket yang terbengkalai, si bungsu (Cade Woodward) yang belum begitu mengerti akan bahaya dari suara, tertarik dengan mainan yang mampu menimbulkan suara bising. Lalu terjadilah suatu hal yang berakhir tidak baik bagi mereka.
Sekitar 1 tahun lebih dari peristiwa itu keluarga Abbot tetap menjalani kehidupan mereka sebagai salah satu keluarga penyintas yang selalu bersikap hati-hati. Sang Ibu (Emily Blunt) tengah hamil tua dan menunggu hari untuk melahirkan. Di tengah kondisi dunia yang diancam oleh makhluk misterius, si Ibu masih tetap optimis dan belajar banyak hal apabila nanti ketika dia melahirkan dan ketika bayi mereka menangis untuk bias menenagkannya. Kalau ditelaah gerak-gerik sang Ibu, dia adalah seorang dokter, atau setidaknya seorang perawat yang tau bagaimana menanggulangi dirinya sendiri dan menjaga kesehatan keluarganya dengan obat-obatan herbal.
Sang Ayah (John Krasinski) tampak terlihat sebagai seorang teknisi (insinyur mesin) yang selalu menjaga keluarganya dengan mendeteksi sifat-sifat si makhluk agar keluarga mereka tidak terancam melalui berbagai macaminformasi yang dia dapatkan. Lampu-lampu bohlam merah adalah salah satu trik agar si makhluk tidak mendekati tempat tinggal mereka ketika malam tiba. Selain itu Sang Ayah juga memikirkan putri sulung mereka (Millicent Simmonds) yang tuli untuk bisa mendeteksi suara agar dia bisa lekas menghindar dari bahaya yang datang. Bahkan Sang Ayah sudah membuat sebuah alat pendengar dengan frekuensi suara di atas ambang ‘audiosonic’ (frekuensi pendengaran), dengan teknologi ‘ultrasonic’ ternyata masih tetap tidak membantu putri sulung mereka.
Kondisi makin mencekam ketika malam tiba. Sang Ayah dan putranya (Noah Jupe) berpergian untuk mengambil stok makanan dari alam. Putri sulung mereka yang merasa bersalah atas nasib adik bungsunya mendatangi lokasi peristiwa mengenaskan tersebut. Sang Ibu sendirian di tempat tinggalnya juga merundung dan merasa bersalah atas kematian putra bungsunya. Lalu sesuatu yang tidak terduga terjadi, air ketuban Sang Ibu pecah, panik, karena harus mengaktifkan lampu-lampu pencahayaan untuk mencegah datangnya makhluk tersebut. Tetapi musibah bukan sampai disitu saja, datanglah musibah lainnya yang mengharuskan dia berteriak secara tidak sengaja. Suara ini terdeteksi oleh makhluk tersebut mendatangi posisi Sang Ibu dan tentu mengancam jiwanya. Mampukah Sang Ibu selamat dari ancaman makhluk tersebut? Bagaimana dengan kondisi kehamilannya? Apakah Sang Ayah tau kelemahan dari makhluk tersebut.
A Quiet Place adalah film karya ketiga John Krasinski yang mampu menghancurkan saraf. Film ini sudah dirancang sedemikan serupa agar penonton menjadi peserta aktif dalam permainan ketegangan, bukan hanya pengamat pasif dalam kengerian yang berlangsung. Penonton akan merasakan permainan emosi dan permainan bisu karakter sebagai sebuah ekspresi untuk keberlangsungan hidup. Ini adalah sensasi yang menegangkan — jenis film yang mempercepat detak jantung dan bermain dengan rasa penuh harap dari para penonton. Lebih bagus lagi film ini tidak memberlakukan para karakter seperti idiot yang membuat penonton lelah akan tipikal film tersebut. Dapat dikatakan A Quiet Place adalah film horor yang sangat bagus.
John Krasinski menulis naskah bersama oleh Bryan Woods dan Scott Beck, dan mereka tidak membuang-buang waktu dengan plot-plot yang tidak penting. Penonton dengan cepat memahami bahwa suara di dunia ini berbahaya. Dan bahaya ini akan muncul dengan perwujudan makhluk yang sensitive terhadap suara dan tanpa basa basi beraksi. Praktis dan mencekam.
Dari segi akting tentu sangat terbantu oleh isterinya Emily Blunt yang juga mendukungnya. Kemampuan akting Emily Blunt adalah yang paling menonjol, tentu saja. Tetapi bukan hanya itu yang menarik, karakternya sebagai Ibu dalah cerminan seorang wanita kuat tetapi menjadi tempat teduh bagi keluarganya. Dia tidak ingin anak-anaknya merasa ketakutan dengan kondisi ini, alih-alih memberikan semangat untuk keluarganya agar terus berjuang dan memberdayakan semua yang mereka miliki. Tidak kalah dengan penampilan Emily Blunt, si putri sulung Millicent Simmond juga mampu mengimbangi performa para pemain senior. Millicent adalah aktris muda yang memang seorang tuna rungu. Dia tau bagaimana mengekspresikan penyesalan yang mendalam tetapi juga memberontak karena seakan dia tidak diinginkan oleh kedua orang tuanya.
Krasinski mendapat dukungan dari Michael Bay, yang sudah menjadi teman dekatnya dan juga pemilik dari Platinum Dunes. Atas saran Micahel Bay, Krasinski sangat pintar membuat Makhluk misterius di film ini agar tidak jatuh ke dalam tipikal yang sama seperti monster Xenomorph dalam Alien Saga atau dinosaurus dalam Jurrasic Park. Dia telah memanfaatkan dan memaksimalkannya dengan permainan pendengaran. Keteraturannya dan kerapihannya dalam menyatukan dari sebuah adegan ke adegan lain, bahkan dengan soundtrack yang mencekam dari Marco Beltrami mampu meningkatkan tensi.
Dengan hampir tidak ada dialog, "A Quiet Place" sangat bergantung pada penuturan visual. Tidak ada suara bising yang tipikal dan monoton, seperti pecahan kaca, dentuman lonceng atau efek suara horor lainnya. Ketegangan yang ada justru dengan meninimalisir suara yang tidak efektif tetapi dengan banyaknya ekspresi dan gestur dari karakter. Penonton seakan diajak untuk ikutan tidak bersuara (lebih-lebih berteriak) padahal dalam kondisi yang menegangkan. Sebuah film yang mampu menunjukkan bahkan tanpa suara mereka bisa sangat berekspresif.
Kita hidup di dunia yang begitu berisik dan bising sehingga sulit membayangkan bahwa suara ternyata mampu membahayakan umat manusia. Kita menggunakan suara untuk mengekspresikan diri dan itu adalah bagian dari kehidupan kita sebagai manusia. Tanpa berkoar-koar dan tanpa promosi yang berlebihan, A Quiet Place adalah sebuah karya John Krasinski yang ingin membuktikan dirinya sebagai salah satu sutradara yang mampu bersaing dalam genre ini. Walaupun minim suara film ini mampu berekspresi lebih maksimal daripada film bising lainnya.
Apakah manusia bisa hidup hanya dengan diam tak bersuara? Bagi para tuna wicara mereka bisa, bahkan mereka mampu lebih ekspresif. Bagi tuna rungu mereka sudah terbiasa, terbiasa bahwa tanpa suara mereka bisa membaca situasi dan ekspresi. A Quiet Place adalah salah satu film yang didedikasikan bagi mereka yang tidak mampu mendengar suara atau bagi mereka yang tidak mampu bersuara. Because silence is also an expression. Because this movie represent the expression of silence.
Rate 9/10
(By Ibnu Akbar)