Tentu kita pernah mendengar kalimat peribahasa "semakin tinggi pohon, maka akan semakin kencang angin menerpanya", yang diartikan dengan "semakin tinggi nilai seseorang maka semakin besar hal yang akan menjatuhkannya". Dan biasanya peribahasa itu sering diartikan juga bahwa "semakin tinggi derajat seseorang, atau semakin sukses seseorang dalam hidup, maka semakin banyak orang yang ingin menjatuhkannya atau semakin besar rintangan yang akan dihadapinya". Itulah setidaknya gambaran halus yang dideskripsikan dalam film Bohemian Rhapsody, sebuah biopik film yang menceritakan frontman band legendaris dari Inggris, Queen.
Mengisahkan Farrokh Bulsara (Rami Malek), remaja imigran dari Pakistan yang datang bersama keluarganya ke Inggris untuk mengubah nasib. Beranjak dewasa dia bertemu dengan sebuah band bernama Smile, yang sering manggung di acara kampus. Ya, dia bertemu dengan anggota cikal bakal band Queen yang legendaris, Brian May (Gwilym Lee) sebagai Gitaris dan Roger Taylor (Ben Hardy) sebagai Drummer. Kemudia mereka bertemu dengan John Deacon (Joseph Mazzello) sebagai basist. Dan dimulailah perjalanan sebuah band yang akan dikenal seantero dunia. Seiring dengan waktu nama Farrokh diganti dengan Freddie Mercury, dan dia punya pikiran-pikiran liar, nada-nada apik, lirik-lirik yang menyentuh, semua tertahan di dalam hati dan kepalanya. Bersama dengan Queen, dia membawa ide liar tersebut dan menorehkan kesuksesan.
Pada pembuatan album “A Night at the Opera”, Freddie menuliskan sebuah lagu Bohemian Rhapsody dengan durasi mencapai 6 menit. Lagu opera-glam-rock yang penuh dengan ide liar tetapi sangat sukses hingga ke Amerika. Dari sanalah Queen mulai mendapatkan berbagai macam cobaan, khususnya bagi Freddie Mercury. Mulai dari kisah asmaranya dengan Mary Austin (Lucy Boynton), masalah seksualitas (biseksual), memecat manajer mereka John Reid (Aida Gillen) secara sepihak, memutuskan untuk solo karir, hingga akhirnya masalah kesehatannya (Freddie terjangkit HIV). Begitu banyak cobaan dan permasalahan yang dihadapi Queen, hingga akhirnya kita mengetahui kematian menjemput Freddie Mercury pada tahun 1991 di usianya yang ke 45.
Highlight dari film ini jelas sekali menitikberatkan Freddie Mercury, maka dari itu akting dari Rami Malek sangat menonjol sekali. Dia mencuri semua adegan dan membius penonton seakan Freddie Mercury hidup kembali untuk film Bohemian Rhapsody. Segala gerak-gerik Freddie sangat diperhatikan dan mampu dihidupkan kembali oleh Rami Malek bahkan emosi-emosi kecil dari setiap mimik dan gerakan serta tidak lupa bagaimana olah vokal Rami Malek yang bagaikan suara Freddie Mercury (walaupun akhirnya Rami Malek mengakui bahwa dia telah melakukan Lip Sync dan berbagi suara dengan Marc Matel). Tidak lupa aktor lainnya yang mencuri perhatian adalah Allen Leech yang berperan sebagai Paul Prenter, asisten Freddie Mercury yang tampil begitu menyebalkan dan mendominasi Freddie tanpa dia ketahui.
Selain itu jelas jajaran soundtrack lagu yang diisi oleh semua lagu Queen adalah jawaranya. Lagu-lagu yang bergema dan melegenda seperti judul dari film ini,Bohemian Rhapsody, Somebody to Love, Killer Queen, Crazy Little Thing Called Love, Love of My Life, We Will Rock You, Radio Gaga, The Show Must Go On dan tentu sajaWe Are The Champion. Para penonton akan dibuat sing along terutama saat penampilan Queen di konser Live Aid stadion Wembley pada tahun 1985.
Dibelakang layar, Bohemian Rhapsody juga mengalami hal yang sama seperti kisah Queen. Banyak masalah yang menerpa proses produksi. Mulai dari pertengkaran antara Rami Malek dengan Bryan Singer, lalu absennya sutradara Bryan Singer di lokasi syuting. Kemudian aktor Tom Hollander (berperan sebagai Jim Beach) yang juga ingin meninggalkan film ini karena ketidak-profesionalan Bryan Singer. Hingga akhirnya film tetap berjalan setelah dipecatnya Bryan Singer dan sementara digantikan oleh crew yang ada. Film yang dijanjikan akan disukai banyak orang ini sudah menuai banyak kontroversi. Tetapi, seperti salah satu judul lagu mereka, “The Show Must Go On!”, akhirnya Bohemian Rhapsody mendapatkan sutradara baru, Dexter Fletcher yang merampungkan pekerjaan Bryan Singer.
Tampaknya segala permasalahan tersebut berimbas dengan naskah yang dibilang terlalu bermain aman. Walaupun mengupas kehidupan Freddie Mercury, tetapi penyajiannya terlalu sopan bagi almarhum. Masih kurangnya mengulik segala bentuk tindak tanduk Freddie Mercury yang sering menghebohkan media terutama pertelevisian Inggris saat itu. Tetapi yang cukup mengecewakan adalah bagaimana lagu-lagu legendaris Queen itu dibentuk. Penonton tidak disajikan bagaimana dan mengapa mereka mengembangkan musik mereka hingga ke dalam taraf yang super jenius. Apa makna dibalik lirik-lirik tersebut? Queen (dan Bohemian Rhapsody) masih merahasiakan hal ini dan bermain aman.
Freddie Mercury dan Queen adalah salah satu pemusik / band yang jenius dan tak tergantikan. Menjadi terkenal ternyata tidak selalu semenyenangkan yang mereka harapkan. Dibalik kesuksesannya tentu banyak sekali masalah yang juga dihadapinya. Walaupun begitu, mereka tetap profesional dan menyelesaikan apa yang memang harus diselesaikan. Begitu juga dengan film Bohemian Rhapsody, banyak permasalahan yang muncul dan mengganggu proses produksi, adalah tantangan bagi mereka. Tetapi mereka harus tetap melaju dan menyelesaikan film ini. Untuk mengantarkan kisah menarik bagi para pecinta musik (khususnya pecinta rock) di dunia.
Overall: 9/10
(By Ibnu Akbar)