Nama J.J Abrams di dunia perfilman sudah menjadi magnet tersendiri. Entah apapun posisinya jika terlibat dalam sebuah film, dipastikan namanya akan muncul di poster dengan posisi yang sangat jelas terlihat. Termasuk dalam film 'Overlord' ini. Bisa dikatakan menjual nama J.J Abrams pada produk sebuah film adalah sebuah strategi marketing tersendiri. Dan untuk sebagian penikmat film mengamini hal itu. Rasanya bukan saya saja yang langsung tertarik menonton sebuah film ketika melihat ada nama J.J Abrams di poster tanpa perlu membaca sinopsis ataupun melihat trailernya terlebih dahulu, termasuk untuk Overlord ini.
Mengambil setting pada malam pertempuran D Day di perang dunia kedua. Sekelompok pasukan terjun payung Amerika Serikat yang berperang di belakang garis musuh ditugaskan untuk menghancurkan sebuah menara gereja yang mengacaukan sinyal komunikasi yang sangat mempengaruhi pergerakan sekutu. Misi penting diemban demi kesuksesan invasi.
Namun ketika mereka mendekati target, para tentara mulai menyadari ada hal lain yang terjadi pada desa yang dikuasai Nazi itu. Sesuatu yang lebih besar dibanding operasi militer. Yang awalnya hanya bertugas untuk mengahncurkan menara yang akan memperlancar sinyal, menjadi sebuah misi bunuh diri ketika mereka harus masuk ke gereja dan mengetahui sebuah fakta yang ingin mereka kubur selamanya yang tidak boleh diketahui oleh pihak lain, termasuk negara mereka sendiri.
Film ini sudah memegang kendali penonton sejak adegan pembuka yang sangat intens, sang sutradara Julius Avery (Son Of A Gun) tidak memberikan jeda terlalu lama kepada penonton untuk bisa bernafas secara normal karena adegan demi adegan dipenuhi momen-monen intens yang diwakili oleh karakter Boyce (Jovan Adepo), seorang prajurit yang masih naif dan belum bisa menerima betapa sangat kejamnya sebuah perang yang mengharuskan dia bertindak ekstrim yang dipimpin oleh Kopral Ford (Wyatt Russel).
Seperti halnya di film-film J.J Abrams sebagai produser, jika kamu memperhatikan kita akan menemui tipikal sang produser dan sutradara ini dalam setiap film ataupun serial tv. Menyimpan misteri utama cerita sampai akhir dan plot cerita menuju akhir dikemas dengan membangun emosi penonton pada karakter-karakter yang ada pada filmnya. Masih ingat dengan monster terakhir yang muncul di Cloverfield pertama atau bunker yang ditemukan para survivor di ending serial tv Lost di season pertama ? Hal itu akan kamu rasakan di fiilm ini. Plot yang sangat sering diulang-ulang oleh J.J Abrams dalam setiap film-film yang dia produseri ataupun sutradarai termasuk Overlord ini. Dan penonton tidak akan pernah bosan dengan hal seperti ini jika pengemasan cerita memang sangat rapi.
Menyisipkan sebuah kisah fiksi ditengah kejadian bersejarah bukanlah hal baru dalam sebuah film, tetapi pengemasan cerita dan eksekusi yang tepat filmnya akan berjalan sangat menarik. Dan Overlord memenuhi semua hal itu.
Overall: 8/10
(By Zul Guci)