Dunia animasi baik berupa serial TV ataupun film sebetulnya sangat kaya akan presentasi visual yang ditampilkan dalam bentuk 2D maupun 3D. Pemilihan medium yang tepat akan menunjang dinamika cerita dan interaksi karakternya selain sebagai wujud kreativitas para pembuat ceritanya. Stop motion merupakan salah satu teknik yang cukup populer dalam dunia animasi. Dalam dunia animasi, stop motion berarti teknik membuat animasi atau film dari potongan-potongan gambar
Animasi Claymotion sudah menelurkan cukup banyak judul terkenal dan favorit bagi penonton, beberapa di antaranya Bob The Builder, Pingu, serial cukup sadis namun cukup diminati yaitu Celebrity Deathmatch, Shaun The Sheep, dan Timmy Time. Shaun The Sheep merupakan film animasi claymotion yang diproduksi di Inggris hasil spin off dari Franchise Wallace and Gromit dan hasil kreasi Nick Park. Shaun The Sheep: Farmageddon merupakan sekuel stand alone setelah versi layar lebarnya pertama muncul (Shaun The Sheep Movie – 2015). Film sekuelnya ini disutradarai oleh Will Becher dan Richard Phelan sebagai debut penyutradaraan mereka. Film ini dirilis di bioskop Indonesia pada 2 Oktober 2019 dan akan dirilis di UK pada 18 Oktober 2019
Dalam Farmageddon, alien berwarna ungu bernama Lu-La secara tidak sengaja mendarat di dekat Mossy Bottom Farm tempat Shaun dan teman-temannya tinggal. Tidak lama Shaun menemukannya bersembunyi dalam gudang dan ia melihat kesempatan berpetualang sekaligus membantu Lu-La kembali ke planetnya agar da[at berkumpul kembali bersama orang tuanya. Namun dalam usaha memulangkan Lu-La ada orang-orang dari organisasi menyerupai Men In Black yang ingin menangkap Lu-La, dapatkah Shaun, Bitzer dan the Flock menuntaskan misinya tersebut dan mencegah terjadinya farmageddon di Mossy Bottom Farm? Kekompakan Shaun dan rekan-rekannya akan diuji dalam misi kali ini yang melibatkan makhluk intergalaktik.
Serupa dengan serialnya yang tanpa dialog dan hanya berisi gumaman para karakternya sepanjang 86 menit cerita berjalan santai dan tetap mudah dipahami. Bagian awal film tetap memfokuskan pada Shaun dan tingkah polahnya yang kocak bersama teman-teman kawanan dombanya dalam kehidupan di Mossy Bottom Farm bersama Bitzer, sang anjing penjaga yang senantiasa kena getah akibat kenakalan Shaun dan teman-temannya. Ketika karakter Lu-La masuk dalam cerita barulah dinamika cerita menjadi menarik karena Lu-La masih tergolong alien dengan usia anak- anak namun memiliki kekuatan telekinetik yang mampu menggerakkan benda-benda. Bersama Shaun mereka berdua berpetualang keliling kota dan terkadang menciptakan kekacauan. Farmageddon sangat menyenangkan untuk ditonton karena penuh komedi yang terkadang terasa absurd, judulnya sendiri merupakan gabungan dari Farm (peternakan/ pertanian) dan Armageddon (judul referensi dari film bencana yang melibatkan antariksa) yang menandakan film ini memang membawa topik tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan Alien. Menyaksikan kenakalan yang dibuat oleh Shaun ditambah dengan karakter Lu-La tentunya akan membuat penonton khususnya anak-anak terhibur.
Dalam Farmageddon, semua unsur budaya pop dan referensi film yang terkait dengan Alien dimasukkan pada momen-momen yang memang disengaja untuk menimbulkan efek lucu, seperti referensi Men In Black untuk para petugas yang ingin menangkap Lu-La. Adanya referensi ET, referensi penggunaan musik X-Files yang sangat terkenal, dan juga fenomena Crop Circles. Selain itu di penghujung cerita kita juga masih diberikan sedikit konflik menjelang misi pengembalian Lu-La ke planet asalnya. Hal ini dimaksudkan untuk memberi pelajaran bagi penonton terutama anak-anak agar tidak mudah menyerah dalam mencapai tujuan.
Overall: 7.5/10
(By Camy Surjadi)