Tema sepak terjang kepolisian dalam pemberantasan kejahatan sudah sangat sering digarap oleh Hollywood baik dalam format layar lebar maupun dalam format serial TV dan reality show, jika anda search di Google ratusan judul akan dengan mudah bisa ditemukan. Tujuan adanya film-film bertema pemberantasan kejahatan oleh polisi selain untuk memberikan gambaran mengenai tugas para aparat penegak hukum juga untuk memperlihatkan kondisi yang dihadapi oleh para polisi tersebut sehari-hari di lapangan. Kali ini kita kembali disuguhkan tema tersebut oleh Hollywood dengan film 21 Bridges yang bertemakan kejahatan perampokan yang melibatkan konspirasi yang dilakukan oleh para polisi korup. Ketika film ini diumumkan dan muncul trailernya, publik bersorak karena banyak nama besar terlibat dalam film crime-action-drama ini mulai dari produser yang tak lain adalah Joe dan Antonny Russo dan ikut sertanya Chadwick Boseman sebagai pemeran utama film ini. Kehadiran Boseman seakan menjadi penyegar setelah pikiran kita diinvasi oleh perannya sebagai Black Panther dalam film-film Marvel. Film ini juga didukung oleh Sienna Miller (American Sniper, The Lost City of Z), J.K. Simmons (Juno, Whiplash), Taylor Kitsch (Battleship, X-Men), Keith David (The Chronicles of Riddick, Agnt Cody Banks), dan aktor pendatang baru Stephan James. 21 Bridges disutradarai oleh Brian Kirk (Brian adalah sutradara untuk serial TV di antaranya beberepa episode Game of Thrones, Botherhood, dan The Tudors). 21 Bridges dirilis di US oleh STX Films pada tanggal 22 November 2019 dan juga di bioskop Indonesia di bulan yang sama.
Dua orang perampok yang merupakan mantan anggota militer dan residivis, Michael Trujillo (Stephan James) and Ray Jackson (Taylor Kitsch) mengambil pekerjaan untuk merampok kokain sejumlah 30 kg dari sebuah kilang penyimpanan anggur. Namun ketika melakukan pekerjaan perampokan tersebut mereka terkejut karena jumlahnya melebihi dari info yang diberikan yaitu 300 kg dan terjadi kekacauan saat tiba-tiba kilang tersebut didatangi polisi yang sedang lewat. Baku tembak tidak terhindarkan dan Ray membunuh semua polisi yang datang. Michael dan Ray bergegas kabur sambil membawa sebanyaknya kokain yang dapat mereka bawa. Michael panik dan menyalahkan Ray yang menyebabkan mereka berada dalam situasi dan kesulitan serius. Tidak lama kemudian Andre Davis (Chadwick Boseman) datang ke lokasi kejadian dan ditugaskan menangani kasus ini. Andre adalah seorang detektif NYPD yang memiliki reputasi menghabisi para kriminal yang tidak segan-segan membunuh polisi dengan alasan pembelaan diri, hal tersebut cukup dipengaruhi oleh kematian ayahnya ketika bertugas. Frankie Burns (Sienna Miller) dari divisi narkotik turut dilibatkan sebagai partner Andre karena keterkaitan kasus ini dengan narkoba. Kedatangan dua agen FBI Butchco (Obi Abili) dan Dugan (Andy Truschinski) memicu konflik dengan Davis dan Burns karena mereka ingin mengambil alih kasusnya. Dengan kecekatan Davis, ia membujuk sang deputi major Spencer(Keith David), para anggota FBI, dan kepala polisi setempat Mckenna (J.K. Simmons) untuk memberi mereka waktu hingga jam 5.00 pagi sabelum New York beraktivitas kembali. Permintaan tersebut dikabulkan dan sebagai langkah awal Davis meminta semua akses keluar Manhattan ditutup (Manhattan adalah sebuah pulau dari lima kota bagian yang membentuk New York). Akses keluar – masuk Manhattan berjumlah 21 jembatan penghubung. Dengan waktu yang terbatas Davis dan Burns harus berpacu dengan waktu untuk menangkap para penjahat dan menguak keanehan yang Burns temukan dari hasil investigasinya di kilang anggur.
Sebetulnya tidak ada yang terlalu spesial dalam film ini, jalan ceritanya klise dan mudah ditebak karena sudah digunakan dalam film-film sejenis. Penggunaan faktor geografis kota Manhattan tidak begitu dieksplorasi dengan detil sebagaimana halnya Film Patriots Day (Mark Wahlberg) yang menggunakan setting kota Boston untuk pengejaran dan penangkapan teroris. Aspek keunikan kota Manhattan praktis hanya berfungsi sebagai judul dan digunakan sebagai “kickstart” awal film yang menandakan proses pengejaran dimulai selebihnya kita akan dibawa aksi kejar-kejaran mengelilingi kota Manhattan. Penyelamat film ini tidak lain adalah kehadiran Chadwick Boseman yang bisa dibilang adalah “nyawa” di film ini dan adegan aksi kejar-kejaran yang cukup menegangkan sepanjang film. Dengan durasi 99 menit, untungnya film ini tidak terlalu bertele-tele dan langsung berfokus pada aksi namun sayangnya untuk konklusi agak sedikit dipaksakan dan tergesa-gesa untuk sebuah film yang nilai jual utamanya ada pada aksi kejar-kejaran. Kelemahan lain adalah konflik pribadi yang dialami Davis tidak pernah ditunjukkan dalam film karena ia selalu dalam posisi aman dalam artian tidak pernah berada dalam posisi dilematis yang menguji integritasnya sebagai aparat penegak hukum dan nyaris tidak pernah terluka parah. Unsur twist yang terdapat dalam film sudah dapat diduga ketika memasuki pertengahan film dan tidak begitu mengagetkan ketika penonton diberikan fakta apa yang sebenarnya terjadi pada akhir film.
Chadwick tampil prima sebagai detektif karismatik yang memiliki integritas tinggi namun memiliki masalah dengan interpol terkait tindakannya dalam menangkap penjahat. Pikiran kita mungkin masih cukup lekat dengan imagenya sebagai T’Challa sang Black Panther tetapi di sini dia mampu mengusir image itu dan menampilkan sisi lain dirinya sebagai detektif jagoan yang memiliki wibawa lewat tindakan da perkataannya. Karakter lain tidak ada yang begitu menonjol, Sienna Miller dan J.K. Simons seperti tidak diberi ruang yang cukup untuk pengembangan karakter mereka. Demikian pula karakter antagonis untuk Kitsch walau Stefan James sedikit memiliki dinamika dan kelihatan menjanjikan aktingnya. Untuk sinematografi sendiri, Brian Kirk sanggup membawa penonton terlarut dalam adegan aksi lewat shooting aerial footage maupun chasing sequence di darat yang memakai lanskap kota Manhattan yang tidak menetap dan berganti-ganti lokasi mulai dari gedung bertingkat, gang-gang, stasiun subway, hingga jalan-jalan besar.
21 Bridges tidak berhasil membawakan isu moral dan fakta yang kerap terjadi di kepolisian. Kirk sebagai sutradara nampaknya hanya berfokus pada segi aksi dan agak mengabaikan pesan yang ingin disampaikan lewat cerita film ini. Gambaran tugas polisi yang harus berhadapan dengan masalah korupsi, konspirasi penyelundupan narkoba yang terkait dengan tingkat renumerasi upah mereka tidak disinggung secara mendalam dalam cerita film ini. Bahkan konflik sang karakter utama yang jamak dihadapi para polisi mengenai tindakan tembak di tempat akhirnya lebih sebagai narasi dan debat ketimbang adegan yang mampu menyentuh emosi penonton. Padahal semua konflik moral tersebut dapat menjadi aspek yang sangat menarik untuk memperkaya cerita film. Walau didukung beberapa aktor terkenal tetapi ketidakseimbangan pengembangan cerita membuat film ini tidak mampu untuk mencapai level lebih tinggi daripada sekedar film aksi kepolisian medioker
Overall: 6/10
(By Camy Surjadi)