Film apa lagi yang lebih baik merepresentasikan kekuatan dan kehebatan para wanita dalam menumpas kejahatan selain Charlie’s Angels? Semenjak serial TV hasil kreasi Ivan Goff dan Ben Roberts muncul pada 1976 serial ini begitu digemari dan langsung menjadi referensi kultur pop. Charlie’s Angel sudah diangkat ke layar lebar dan menghasilkan dua film yang cukup sukses pada tahun 2000 dan 2003 dan dibintangi oleh Drew Barrymore, Lucy Liu, dan Cameron Diaz. 16 tahun berlalu, franchise ini dirasa perlu untuk dibangkitkan kembali di era kebangkitan feminisme yang semakin kuat dan Elizabeth Banks ditunjuk sebagai sutradara berkat debut penyutradaraan yang cukup sukses pada Pitch Perfect 2. Banks bertindak sebagai pemain, sutradara, dan penulis naskah sekaligus dengan cerita dari Evan Spiliotopoulos dan David Auburn untuk membawakan film Charlie’s Angel yang menggambarkan situasi zaman yang semakin modern dan bagaimana posisi dan peran wanita di dunia saat ini. Film ini dirilis oleh Sony Pictures melalui label Columbia Pictures pada 15 November 2019 dan sudah ditayangkan di bioskop indonesia pada 13 November 2019.
Setelah berkiprah selama lebih dari 40 tahun dalam membantu menyediakan keamanan dan menyelesaikan tugas untuk para kliennya diceritakan Townsend Agency telah melakukan ekspansi global dan memiliki banyak cabang yang tersebar di seluruh dunia lengkap dengan para angels terlatih di tiap negara. Dalam cerita kali ini, kita dikenalkan dengan Elena Houghlin (Naomi Scott) seorang ahli teknologi dan ilmuwan yang menciptakan Calisto, teknologi sumber energi terbarukan yang akan merevolusi industri listrik dan energi. Saat atasan Elena, Peter Fleming (Nat Faxon) mendesaknya untuk segera merilisnya ke pasar, Elena memberitahu bahwa ada cacat pada sistem operasi Calisto yang bisa digunakan sebagai celah oleh para penjahat untuk dijadikan senjata EMP yang fatal. Namun Peter menolaknya dan meminta Elena tidak membuka mulut soal itu kepada Alexander Brock (Sam Claflin) sang founder perusahaan tempat Elena bekerja. Merasa khawatir dan menemui jalan buntu, Elena akhirnya menghubungi Townsend Agency dan bertemu Edgar Bosley (Djimon Honsou). Edgar bersedia membantu Elena dalam mengungkap masalah cacat dalam teknologi Calisto bersama tim Angels yang sudah dibentuknya, yaitu Jane (Ella Balinska) seornang mantan agen MI-6 yang sangat cekatan dan terampil dan Sabina (Kristen Stewart) seorang angel yang energik dan pemberani. Bersama Rebekah Bosley (Elizabeth Banks) yang juga turut membantu Elena, mereka semua kini harus bahu-membahu mencegah teknologi Calisto jatuh ke tangan pihak yang salah agar tidak digunakan untuk menimbulkan kekacauan.
Untuk sebuah film remake, film ini tidak menawarkan hal yang spektakuler dibandingkan film versi awalnya di tahun 2000-an. Dari segi cerita tergolong biasa dan mudah ditebak arah film ini akan ke mana. Twist dan misteri yang diberikan tidak menantang penonton untuk berpikir walau penyajiannya dalam film agak berputar-putar dan kurang rapi. Narasi cerita film tergolong straight forward dari awal hingga akhir film, klimaks film ini tergolong flat karena konflik yang ditampilkan tidak membuat penonton merasakan ancaman global seperti yang disampaikan di awal film. Penampilan dan chemistry ketiga Angels yaitu Jane, Sabina, termasuk Elena sebagai Angel yang baru direkrut merupakan kelebihan film ini yang bisa dibilang cukup menyelamatkan karena dari segi aksi juga termasuk medioker seperti yang biasa kita saksikan dalam film-film aksi spionase sejenis. Aksi yang ditampilkan bukan termasuk aksi yang brutal namun lebih aksi yang defensif ketimbang ofensif sehingga ada beberapa yang mungkin tidak believable ketika para angels ini mengalahkan penjahat, contohnya ketika Jane melawan Hodak (Jonathan Tucker). Humor yang digunakan dalam film termasuk cukup cerdas dan menghibur dan digunakan pada momen yang tepat. Bagi penonton akan terhibur karena film ini cenderung bersifat sebagai eye-candy yang memanjakan penonton lewat penampilan para angels yang cantik dan keren dalam balutan busana mereka yang spektakuler pada setiap adegan. Ketika menonton film ini sebaiknya tidak memasang ekspektasi terlalu tinggi, nikmati saja filmnya dengan santai karena film ini tipikal film yang mudah dicerna tanpa perlu berpikir keras.
Ketika film ini diumumkan publik menyambut gembira dengan kehadiran wajah-wajah segar yang mewakili aktris generasi abad ini. Para aktris yang berperan sebagai angels dalam film ini adalah “nyawa” untuk film ini dan untungnya penampilan ketiga aktris, yaitu Kristen Stewart, Ella Balinska, dan Naomi Scott tidak mengecewakan. Masing-masing aktris mampu menampilkan karakter yang solid dan chemistry yang asyik. Pujian pantas diberikan kepada Kristen Stewart yang tampil energik, fun, dan punya selera humor yang unik sepanjang film. Ella mampu menampilkan sosok angel yang badass, mahir bela diri dan serius namun masih memiliki keanggunan. Sementara Naomi Scott yang sudah lebih dulu kita saksikan sebagai Putri Jasmine dalam Aladdin versi terbaru juga dapat menampilkan transisi karakter yang bagus mulai dari ilmuwan yang cenderung pasrah hingga akhirnya ia perlahan ikut ambil bagian dan bertranformasi menjadi angel ketiga. Banks sebagai Bosley wanita turut memberi dinamika pada film ini lewat dialog dan perannya yang elegan dan cerdas. Walau cuma berperan kecil dalam film namun Noah Centineo yang berperan sebagai Langston memberikan kesan yang cukup memorable. Karakter-karakter lain tampil tidak begitu menonjol begitupun dengan karakter antagonisnya yang cenderung bersifat satu dimensi. Sinematografi film termasuk biasa namun mampu membawa penonton mengeksplorasi negara-negara di eropa dalam perjalanan misi para Angels seperti Rio, Hamburg, dan Istanbul. Salah satu aspek lain yang cukup digarap serius adalah sountrack film ini yang menampilkan kolaborasi 3 artis musisi yaitu Lana Del Rey, Ariana Grande, dan Miley Cyrus. Soundtrack film Charlie’s Angel dikenal cukup memiliki impact terhadap penggemarnya maka keputusan memilih ketiga artis ini sangat tepat. Mereka mampu memberikan musik yang merepresentasikan energi dan semangat para Angels dengan irama dan melodi yang catchy.
Elizabeth Banks ingin menunjukkan bahwa wanita bisa mencapai dan menjadi yang mereka inginkan asalkan diberi kesempatan namun dia tidak begitu banyak menampilkan mengenai isu feminisme di film kecuali adegan awal ketika Sabina sedang dirayu oleh Jonny Smith (Chris Pang) atau ketika Elena ditekan oleh atasannya Peter. Selebihnya sisa film lebih diisi dengan adegan kejar-kejaran dan baku tembak yang klise. Sebagai film yang disutradai oleh wanita terlihat sentuhan wanita dalam film ini begitu kental terutama dari segi fashion, musik, dan dialognya. Namun isu peran wanita, women empowerment, dan feminisme dalam era modern ini tidak begitu berhasil dibawakan. Elizabeth Banks terlihat ingin bermain aman dan menghasilkan film action flick yang dapat dinikmati tanpa menyentuh isu sosial. Padahal ini kesempatan bagi Banks untuk memberi warna baru untuk fanchise ini. Terlepas dari semua itu film Charlie’s Angels versi 2019 ini masih layak disaksikan di bioskop untuk melepas penat dan menikmati tontonan yang menghibur.
Overall: 6.5/10
(By Camy Surjadi)