Hollywood nampaknya sedang gemar memproduksi film entah itu sekuel atau remake dari film terkenal di masa lampau, tujuannya untuk mendaur ulang properti lama agar lebih dikenal oleh penonton generasi sekarang. Publik dikejutkan dengan munculnya berita rilis film Doctor Sleep di akhir tahun 2019 ini dari Novel berjudul sama, pasalnya film ini merupakan lanjutan cerita/ sekuel dari The Shining. The Shining merupakan film horor legendaris karya Stanley Kubrick, yang juga diadaptasi dari novel Stephen King yang cukup fenomenal di tahun 1980, film ini dinobatkan sebagai film horor terbaik sepanjang masa banyak mempengaruhi film-film horor yang muncul kemudian. Bahkan beberapa adegan ikonik dalam film yang melibatkan Room 237 sempat dijadikan referensi dalam film Ready Player One. Untuk adaptasi Doctor Sleep, Mike Flanagan yang sudah berpengalaman berkecimpung dalam penyutradaraan film horor (Absentia-2011, Oculus-2013, Hush; Before I Wake; Ouija: Origin of Evil- semua pada tahun 2016, dan Gerald’s Game-2017) dipercaya untuk menangani skenario sekaligus menyutradarai film ini. Cerita Doctor Sleep akan menyorot karakter Danny Torrance yang sudah dewasa dan trauma masa lalu yang menghantuinya sejak peristiwa dalam film The Shining. Film ini dibintangi Ewan McGregor, Rebecca Ferguson, dan Kyliegh Curran sebagai bintang utamanya dan didukung oleh Carl Lumbly, Zahn McClarnon, Emily Alyn Lind, Bruce Greenwood, Jocelin Donahue, Alex Essoe, dan Cliff Curtis. Film ini didistribusikan oleh Warner Bros Pictures dan dirilis di AS pada 8 November 2019, di Indonesia sendiri dirilis pada 6 November 2019.
Melanjutkan cerita dalam film The Shining, setelah peristiwa mengerikan di Overlook Hotel tahun 1980, Danny (Roger Dale Floyd berperan sama Danny kecil) hidup bersama ibunya Wendy (Alex Essoe) di Florida. Danny kecil sudah diajari oleh hantu Dick Halloran (Carl Lumbly) untuk membuat peti-peti imajiner dalam pikirannya guna mengurung hantu-hantu dari Overlook Hotel yang senantiasa menghantuinya. Sementara itu grup pemujaan yang dikenal dengan True Knot yang dipimpin oleh Rose The Hat (Rebecca Ferguson) senantiasa memburu anak-anak atau orang-orang dengan kemampuan The Shining untuk mengonsumsi uap/ energi kehidupan mereka guna menjaga mereka tetap muda. Cerita berlanjut ke tahun 2011 di mana Danny (Ewan McGregor), selanjutnya lebih dikenal dengan Dan, yang telah dewasa masih trauma dengan pengalamannya di Overlook hotel sewaktu kecil mencoba menekan kemampuan shining-nya dan terjerumus dalam kecanduan alkohol. Dan pindah dari kota ke kota mencoba kabur dari masa lalunya hingga akhirnya ia tiba di Frazier, New Hampshire dan berteman dengan Billy Freeman (Cliff Curtis) yang membantunya sembuh dari kecanduan alkohol dalam grup terapi yang dipimpin oleh dr. John Dalton (Bruce Greenwood).
Dan akhirnya bekerja di pusat perawatan untuk lansia setelah membantu dr. Dalton dengan kemampuan shining-nya. Dan menggunakan kemampuannya untuk membantu menenangkan para pasien sebelum meninggal dengan bantuan Azzie, seekor kucing yang mampu memprediksi kematian. Di sinilah Dan mendapat julukan Doctor Sleep akibat jasanya yang mampu memberi kedamaian pada para pasien lansia. Dan juga mulai berkomunikasi dengan Abra Stone (Kyliegh Curran) seorang gadis cilik yang memiliki kemampuan shining yang sangat kuat. Pada saat yang sama grup True Knot berhasil merekrut seorang gadis berjulukan Snakebite Andi (Emily Alyn Lind) yang memiliki kekuatan telepatik untuk mengontrol pikiran yang membuat grup ini semakin berbahaya. Pada tahun 2019, grup True Knot mulai kesulitan mendapatkan mangsa dan mereka mulai kelaparan. Ketika grup ini menculik seorang anak bernama Bradley (Jacob Tremblay), Abra mampu merasakan hal tersebut dan hal ini diketahui oleh Rose sehingga ia dan tangan kanan/pacarnya Crow Daddy (Zahn McClarnon) merencanakan untuk memburu Abra karena mereka percaya Abra mampu memberi makan untuk seisi grup dalam jangka waktu lama. Abra memberitahu Dan soal hal tersebut, Dan yang awalnya enggan karena tidak mau berurusan lagi dengan hal-hal supranatural akhirnya mau membantu Abra. Dan bersama Abra harus bahu membahu menggunakan kekuatan shining mereka untuk melawan grup True Knot sekaligus menuntaskan urusan masa lalu Dan dengan Overlook Hotel yang belum selesai.
Durasi sepanjang 2 jam 31 menit dimanfaatkan dengan sangat baik oleh Mike sebagai sutradara untuk memberikan cerita yang kuat dan memorable. Film tidak terasa melelahkan untuk ditonton dan ceritanya yang menggabungkan elemen horor, misteri, dan action dengan pas sanggup membuat penonton untuk terus menyaksikan hingga akhir film ini. Cara Mike membawa penonton melihat peristiwa-peristiwa penting dalam hidup Dan dari ia kecil hingga dewasa membantu penonton untuk terhubung dengan karakternya didukung oleh performa Ewan McGregor yang brilian. Tone horor dalam film ini dibangun dengan sangat baik lewat serangkaian penampakan yang dialami Dan di sepanjang film didukung dengan scoring apik oleh The Newton Brothers. Adegan ketika grup True Knot menculik dan membunuh Bradley dengan sadis memberi penonton gambaran betapa mengerikan dan jahatnya grup True Knot. Duo Dan dan Abra yang bahu membahu melawan grup True Knot merupakan bagian terbaik film ini terutama menjelang konklusi film. Menjelang babak akhir film ini merupakan bagian yang tidak boleh dilewatkan sekaligus menjadi catatan penting mengapa penonton wajib menonton The Shining untuk merefresh ingatan. Tentunya saya tidak bisa membocorkan terlalu detil mengapa namun bisa dipastikan akan sangat worth untuk menyaksikan ulang The Shining agar mendapat gambaran utuh cerita Doctor Sleep sekaligus mengapa film ini merupakan follow up kejadian dalam The Shining seperti tagline dalam Judulnya “Dare to Come Back”.
Para cast di film ini bermain sangat cemerlang dan mampu mengimbangi satu sama lain, kekurangannya mungkin para anggota grup True Knot yang kurang dieksplorasi para karakternya dan sejarah mereka yang tidak begitu diceritakan. Ewan McGregor berhasil menghidupkan sosok Dan dewasa yang awalnya depresi dan traumatis akibat pengalaman masa kecilnya yang penuh teror hingga menjadi sosok yang peduli kepada orang lain, Ewan tampil sebagai sosok protagonis yang sangat relate dengan kehidupan penonton lewat transformasi hidupnya sepanjang jalannya film terutama pada bagian awal cerita. Kyliegh Curran tampil sangat mencuri perhatian di sini sebagai Abra dalam debut pertamanya setelah sebelumnya tampi di pertunjukan Boradway The Lion King. Ia mampu menampilkan sosok gadis kecil pemberani yang mneyadari kekuatannya harus digunakan untuk membantu orang lain dan memandang Dan sebagai paman sekaligus mentornya. Duet Dan dan Abra yang organik sepanjang film membuat dua karakter ini begitu lovable dan favorit. Rebecca Fergusson juga tampil apik sebagai karakter antagonis yang cantik namun keji sekaligus mematikan. Karakter Rose menjadi lebih multidimensi dan menarik sebagai pemimpin kelompok True Knot yang hanya peduli pada nasib grupnya dan tidak segan memanipulasi orang lain untuk mencapai tujuannya. Cliff Curtis juga bermain bagus sebagai Billy, sahabat Dan lewat pembawaannya yang hangat dan baik namun sayang tidak begitu dieksplorasi lebih mendalam. Carl Lumbly sanggup menghidupkan karakter Dick Hallorann yang berperan penting dalam hidup Dan seperti karakter dalam film The Shining.
Doctor Sleep tidak akan menjadi menarik jika tidak didukung oleh sinematografi dan scoring yang kuat dan bagus. Untuk sinematografi dan scoring Mike kembali bekerja sama dengan Michael Fimognari dan The Newton Brothers yang sudah bekerja dengannya sejak film Oculus. Bersama Michael, mereka berhasil menampilkan estetika horor yang sama ketika menonton The Shining dipadu dengan sentuhan shot-shot horor modern. Bagian scoringnya ditangani dengan sangat mengagumkan oleh The Newton Brothers. Mereka menggunakan bunyi-bunyi alam dan melodi dari instrumen tradisional dan alternatif sehingga menghasilkan suasana gelisah dan tidak nyaman. Banyak momen dalam film yang diisi dengan suara demikian sehingga akan membuat penonton merasa takut dan memunculkan stress sendiri. Momen hening dalam film terkadang diisi suara angin yang telah dimodifikasi dengan synthesizer khusus untuk memunculkan kesan seram. Tidak ada soundtrack atau musik dalam film sehingga penonton harus cukup mempersiapkan mental ketika menonton film ini.
Mike bisa dikatakan merupakan sutradara yang tepat karena ia mampu menghasilkan karya adaptasi yang setia pada novelnya namun tetap memberikan twist dan sentuhan baru yang berbeda dari cerita novelnya. Mike sangat mengagumi karya Stephen King, setelah sukses menyutradarai Gerald’s Game (2017), ia melanjutkan hasratnya untuk menyutradarai film ini karena ia sangat menyukai novel dan film The Shining. Pengalamannya dalam penyutradaraan film horor yang berkualitas dan cukup berpengaruh sangat membantunya dalam menampilkan cerita yang juga kuat secara emosional. Jika The Shining bercerita tentang kejatuhan seseorang dalam sisi gelap maka Doctor Sleep bercerita tentang pemulihan dan penebusan lewat karakter Dan yang menjadi benang merah dalam kedua cerita tersebut. Isu menghadapi dan menyelesaikan masa lalu yang ditampilkan lewat cerita begitu kuat dan dekat dengan penonton. Stephen King pun mengakui lewat wawancara bahwa Mike Flanagan telah melakukan dua hal yang menakjubkan dalam adaptasi ini yaitu berhasil mengadaptasi novelnya menjadi film yang bagus, dan sebagai sekuel mampu menampilkan cerita yang walau berbeda dengan novelnya menjadi sesuatu hal dan pengalaman baru yang unik dan sangat menarik. Jadi jangan sampai anda melwatkan penayangan Doctor Sleep di bioskop terdekat di sekitar anda.
Overall: 8.5/10