Friday, December 27, 2019

ULASAN: IP MAN 4 'THE FINALE'



“All good things must come to an end.” Begitulah kira-kira ungkapan yang harus diberikan untuk penampilan terakhir Donnie Yen dalam film penutup kisah sang master Wing Chun, Ip Man (Master Yip Man). Film Ip Man 4 ini sudah amat dinantikan oleh penonton ketika tahun 2016 Donnie Yen mengumumkan bahwa film keempat akan dibuat dan merupakan film terakhir kisah petualangan Master Yip Man. Film Ip Man sendiri telah menemani penonton sejak 2008 dan memiliki 3 sekuel yang rilis di 2010, 2015, dan sekuel terakhirnya di 2019 ini. Selain itu film ini juga mimiliki Spin-off Master Z: Ip Man Legacy yang rilis di tahun 2018 lalu. Untuk sekuel terakhirnya film ini masih disutradarai Wilson Yip, skenarionya ditulis oleh Edmond Wong, dan diproduseri oleh Raymond Wong dan Donnie Yen sendiri, di mana semua pihak juga terlibat dalam film ini sejak awal. Untuk film keempatnya aktor Vanness Wu dan Scott Adkins turut tampil mendukung film ini.




Selepas kematian istrinya, Ip Man (Donnie Yen) didiagnosa dengan kanker leher dan tenggorokan karena kebiasaannya merokok. Dia juga mengalami kesulitan menghadapi anaknya Ip Ching yang suka memberontak. Suatu hari Ip Ching berkelahi untuk membela diri terhadap anak-anak yang membully-nya di sekolah, atas perbuatannya itu ia dikeluarkan oleh kepala sekolah. Ip Man lalu memulai perjalanannya untuk mencari sekolah di San Fransisco, AS guna menyekolahkan Ip Ching dan mendapat pendidikan yang lebih baik serta pemikiran yang lebih modern. Murid Ip Man, Bruce Lee (Danny Chan) beberapa hari sebelumnya juga sudah mngirimkan tiket untuk Ip Man guna menyaksikan pertandingan bela diri yang akan dilakukan Bruce Lee. Setibanya di San Fransisco, Ip Man mengetahui bahwa Bruce Lee sudah membuat para ahli bela diri di daerah pecinan San Fransisco naik pitam dengan membuka sekolah bela diri Wing Chun untuk orang asing (non Chinese) dan juga menerbitkan buku seni bela diri Wing Chun untuk khalayak ramai. Dari kolega dan teman baiknya Liang Gen (Ngo Ka-nin), Ip Man mengetahui bahwa dibutuhkan surat referensi dari Chinese Consolidated Benevolent Association (CBA) agar anaknya Ip Ching bisa bersekolah di San Fransisco. Ia lalu mendatangi kantor CBA dan bertemu Wan Zhong Hua (Wu Yue) untuk meminta tolong pembuatan surat tersebut. Namun setibanya di sana Ip Man terlibat perdebatan dan perkelahian sengit dengan Wan terkait tindakan Bruce Lee sebelum akhirnya pergi meninggalkannya.



Dengan berbekal surat referensi dari salah seorang murid Bruce Lee yang berstatus sebagai pengacara, Ip Man mendatangi sekolah dan bertemu sang kepala sekolah namun usahanya tetap tidak berhasil karena surat referensi dari CBA tetap dibutuhkan. Tak lama setelah meninggalkan sekolah, Ip Man melihat seorang anak perempuan Yonah (Vanda Margraf) yang adalah anak perempuan Wan sedang dibully dan mendapat perlakuan rasis oleh rekan cheerleadernya Becky (Grace Englert) dan beberapa anak pria. Ip Man bergegas menolongnya dan membawanya pulang ke rumahnya. Wan yang melihat Ip Man membawa putrinya pulang menuduhnya memanfaatkan situasi dan menantangnya bertarung. Sementara itu Hartman (Vanness Wu), yang juga murid Bruce Lee, berusaha meyakinkan Barton Geddes (Scott Adkins), komandannya, untuk memasukkan bela diri Chinese terutama Wing Chun dalam Teknik hand to hand combat dalam pelatihan militer. Barton menolak keras dan tidak setuju bahkan menganggap bela diri karate adalah yang paling mumpuni. Ia bahkan menyuruh Colin (Chris Collins) sang pelatih karate di divisi mereka untuk menantang para master bela diri untuk menunjukkan bahwa bela diri Chinese tidak ada apa-apanya. Di negeri asing ini Ip Man melihat kesulitan dan perlakuan penduduk AS yang terkadang tidak adil terhadap orang Chinese demikian pula dengan orang Chinese yang menganggap diri mereka ekslusif karena keahlian bela diri yang mereka miliki. Akankah Ip Man berhasil mengatasi masalah perbedaan pemikiran tersebut dan apakah ia berhasil membawa anaknya untuk bersekolah di AS?



Menyaksikan film terakhir dari saga Master Ip Man ini sama sekali tidak mengecewakan dan cukup memuaskan sebagai film farewell terakhir Donnie Yen sang Master Ip Man. Film ini menjadi penutup yang bagus dan banyak menginkorporasikan beberapa elemen modern yang tidak kita jumpai dalam film-film sebelumnya. Setting cerita film yang sebagian besar di San Fransisco memberi tampilan fresh untuk film ini lengkap dengan lanskap pecinan/ Chinatown di kota tersebut. Alur ceritanya cukup lambat di awal karena cukup banyak berfokus pada drama antara Ip Man dan anaknya Ip Ching dan baru menghentak di pertengahan cerita. Kekurangan film ini mungkin ada pada beberapa konflik yang ditampilkan terlalu didramatisir dan cenderung remeh, karena semestinya bisa dibuat lebih mendalam dan mengena contohnya konflik antara Yonah dan Becky. Untuk aksi perkelahian tidak perlu diragukan lagi karena aksi bela diri aliran Wing Chun tetap mendapat porsi utama dalam film selain aliran lainnya seperti Tai Chi dan Karate yang membuat cerita semakin dinamis. Koreografi pertarungan yang intens dijamin sanggup membuat penonton fokus dan ikut meningkatkan adrenalin ketika menyaksikan pertarungan demi pertarungan. Kehadiran tokoh Bruce Lee dalam salah satu adegan special merupakan tribute yang manis untuk sang legenda yang tidak boleh dilewatkan. Untuk adegan konklusinya sendiri betul-betul membawa penonton pada adegan klimaks karena benar-benar menampilkan lawan yang tangguh dan pertarungan yang sengit. Overall film ini benar-benar mengobati kerinduan penggemar seri Ip Man dan tonggak film bela diri yang digarap dengan kualitas yang baik.



Berbicara para cast yang terlibat, Donnie Yen adalah jiwa dari film ini dan ia secara konsisten menampilkan persona Ip Man dengan sempurna sejak film pertama hingga terakhir. Sikapnya yang tenang dan hanya keras jika diperlukan betul-betul menyerupai sosok Master Yip Man sendiri. Dalam film kali ini Vanness Wu juga cukup menonjol sebagai sosok prajurit berkebangsaan Chinese dalam militer AS, demikian pula dengan Danny Chan yang walau muncul sebentar tapi meninggalkan impresi yang sulit dilupakan ketika memerankan Bruce Lee dan menampilkan aksi perkelahian yang sangat seru dan tipikal khas Bruce Lee. Scott Adkins, Chris Collins dan Mark Strange yang punya karir cemerlang di dunia bela diri turut menambah semarak aktor non Chinese yang selama ini kerap ditampilkan dalam film Ip Man (sebut saja Mike Tyson yang pernah tampil di Ip Man 3). Kehadiran gadis pendatang baru Vanda Margraf yang berparas manis dan cantik dijamin sanggup mencuri perhatian anda, aktingnya sebagai anak perempuan Master Wan yang selalu dipaksa untuk menuruti keinginan ayahnya dieskplorasi dengan sangat baik. Dari segi dialog, kombinasi Bahasa Mandarin dan Inggris juga masih mendominasi dengan tujuan untuk meraih penonton generasi muda yang terkadang mungkin membuat kita harus menyimak subtitlenya dengan sungguh-sungguh. Sinematografi dan efek audio visual yang digunakan dalam film ini memang tidak perlu diragukan kualitasnya karena setiap adegan perkelahian seakan membuat kita merasakan nyeri ketika sebuah serangan bersarang pada Ip Man atau pun musuh-musuhnya. Efek pukulan terasa real seperti mendengar para master bela diri berkelahi di hadapan kita, saran saya tontonlah film ini di studio dengan sound system yang bagus minimal sekelas Dolby Atmos.



Selain berhasil menampilkan aksi bela diri spektakuler, Wilson Yip mengangkat cukup banyak isu sosial dalam film terakhir Ip Man ini, isu-isu tersebut ditampilkan cukup emosional walaupun ada yang agak didramatisir. Isu rasialis penduduk Amerika terhadap warga pendatang Tionghoa/ Chinese di tahun 60-an digambarkan cukup representatif bahwa menjadi kaum imigran di negara adidaya seperti US memiliki banyak tantangan seperti halnya kaum imgran meksiko di era pemerintahan Trump yang kerap menjadi perhatian di masa sekarang. Isu egosentris terhadap bela diri Chinese juga mendapat perhatian di sini, di mana dalam film ini diperlihatkan pandangan sempit para master bela diri bahwa ilmu bela diri hanya khusus untuk warga Chinese yang sebetulnya tidak berbeda dengan sikap rasialis dari warga AS. Lewat film ini penonton akan mengetahui sejarah inkorporasi ilmu bela diri ke dalam kurikulum pelatihan militer AS. Isu rasialis dapat terjadi di mana saja dan selalu terjadi dalam sejarah manusia ejak dahulu hingga di abad modern ini. Melalui film ini, kita diperlihatkan dampak negatif hal tersebut yang merugikan banyak pihak. Selain itu, hubungan orang tua-anak ketika anak berada pada fase remaja juga cukup dieksplorasi untuk memberikan gambaran sekaligus menimbulkan empati dari kedua sisi bahwa tidak mudah untuk menjadi orang tua ataupun sang anak ketika ada dalam fase tersebut. Pesan-pesan moral yang mengena dalam film ini turut memberi nilai tambah dalam film bela diri terlaris ini. Jangan lewatkan film yang juga merupakan film bela diri terakhir dari Donnie Yen ini di bioskop terdekat kesayangan anda.


Overall: 7.5/10

(By Camy Surjadi)

Wednesday, December 25, 2019

ULASAN: SPIES IN DISGUISE



Dipenghujung tahun 2019 satu lagi film animasi yang rilis yang diproduksi oleh Blue Sky Studios setelah absen di tahun 2018 yang sebelumnya biasanya merilis satu film tiap tahunnya. Terakhir animasi produksi studio yang sudah melahirkan franchise Ice Age ini adalah Ferdinand di akhir tahun 2017. Kali ini Blue Sky Studios yang juga masih dibawah bendera 20th Century Fox ini merilis film animasi yang sudah menarik perhatian sejak merilis trailer pertamanya yang menceritakan agen rahasia sebagai sentral ceritanya berjudul 'Spies in Disguise'



Lance Sterling (Will Smith) seorang agen mata-mata yang tinggi akan jam terbang dan pengalaman yang selalu bisa diandalkan. Semua tugas dia selesaikan sendiri tanpa perlu bantuan partner. Sesuatu hal yang memang dihindarinya. lance lebih suka bertugas sendiri. Lalu ada seroang ilmuwan muda cerdas dengan sifat “anehnya”, Walter Beckett (Tom Holland) yang selalu diremehkan dalam lingkungan perkerjaannya karena alat-alat ciptaanya. Motivasi Walter bekerja dalam bidang teknologi (seperti Q di franchise james Bond) di kantor Lance Sterling bertugas sangat sederhana, yaitu bisa membuat dunia jauh lebih baik.


Hingga pada suatu hari, Lance dihadapkan dengan sebuah tantangan yang membuatnya harus bekerja sama dengan Walter. Lance difitnah melakukan sebuah sabotase yang tidak pernah dilakukannya. Semua hal itu didalangi oleh seorang teroris bernama Killian (Ben Manelsohn). Hal itu membuat Lance menjadi buronan. Seakan belum lebih buruk dengan apa yang dialami, Lance berubah menjadi burung merpati karena sebuah minuman yang diciptakan Walter. Dengan keadaan terpaksa Lance butuh bantuan Walter untuk bahu-membahu untuk bisa menemukan Killian dan membersihkan nama baiknya kembalib meskipun harus melanggar salah satu prinsipnya sendiri, yaitu berkerja sendiri, tanpa partner.

Layaknya filn animasi keluarga, Spies in Disguise menawarkan cerita yang sangat ringan tanpa perlu membuat berpikir keras mengenai alur ceritanya. Jadi jangan sampai pikiran skeptis atau sinis kamu dengan betapa sangat naifnya pandangan karakter Walter terhadap dunia meganggu kamu menikmati filmnya. Terlebih jika kamu menontonnya bersama anak-anak. Komedi adalah jualan utama fim ini yang akan membuat kita tertawa dalam setiap adegan komedinya. Jika kamu menontonnya bersama anak-anak, siap-siap saja suara tawa meraka akan jauh lebih keras dibandingkan dengan suara tawa kamu. Diluar komedi, ada sisipan pesan moral yang lagi-lagi mudah diserap oleh anak-anak.


Will Smith kembali memberikan kejutan untuk saya, setelah membalikkan prediksi skeptis mengenai karakternya sebagai Genie di film Aladdin, suaranya yang mengisi karakter Lance Sterling yang menjadi nilai hiburan paling atas dalam film ini. Entah disengaja atau tidak,karakter Lance Serling seakan diciptakan untuk Will Smith 


Sementara dari sisi visual, Blue Sky Studios makin memperlihat peningkatannya setelah absen selama tahun 2018. Animasi yang makin halus yang sangat memanjakan mata dengan penuh warna. Memang standard tertinggi sebuah animasi di hollywood masih dipegang oleh Pixar, tetapi Blue Sky Studios mempunyai ciri khas tersendiri dengan animasi-animasi produksi mereka yang membuat tidak perlu menyaingi Pixar karena sudah mempunyai identitas sendiri enah itu dengan cerita yang ringan ataupun visual karakter-karakter animaisnya.


Spies in Disguise sebuah animasi yang memang tidak mempunyai cerita yang luar biasa. Tetapi komedi dalam film ini akan menghibur siapapun. Cerita yang sangat ringan dengan pesan moral yang mudah diserap penonton anak-anak. Sebuah tontonan yang memang layak untuk ditonton beramai-ramai dengan keluarga.

Overall: 7,5/10

Monday, December 23, 2019

ULASAN: STAR WARS 'THE RISE OF SKYWALKER




Bagian trilogi ketiga Star Wars mencapai ujungnya. Bagian terkahir yang katanya akan menjadi cerita akhir yang akan menyinggung keluarga Skywalker. bahkan Disney dikabarkan akan meningglkan konsep trilogi pada franchise ini dan akan memulai konsep yang baru diluar keluarga Skywalker sebagai main story. Kembali lagi episode 9 'The Rise of Skywalker' yang pastinya ditunggu para fans meskipun banyak yang dikecewakan dengan episode 8 'The Last Jedi'. Kembalinya J.J Abrams di kursi sutradara menambah asa rasa positif jika cerita penutup ini akan dikemas jauh lebih baik. Lalu apakah 'The Rise of Skywalker' berhasil memuaskan keinginan para fans setelah kekecewaan pada The Last Jedi ?



Pertarungan yang melelahkan antara dark side dan light side masih berlanjut. Perlawanan dari The Resistance pimpinan Princess Leia (Carrie Fisher) yang selamat sekali lagi akan menghadapi First Order akan menentukan nasib mereka. Situasi makin mendesak dan dari semua yang tersisa, Princess Leia meminta bala bantuan kepada seluruh penghuni galaksi. Jumlah mereka pun bertambah dengan armada yang cukup kuat. Akan tetapi, yang mengejutkan adalah sosok Emperor Palpatine yang ternyata masih hidup yang justru makin bertambah kuat dan akan membangkitkan kembali semua Sith.


Disisi lain Rey (Daisy Ridley) dan Kylo Ren (Adam Driver) sedang dalam persimpangan dan keraguan mengenai tindakan yang akan mereka ambil. Keputusan tindakan yang tidak dengan mudah mereka putuskan karena akan merubah hidup mereka selamanya. Seperti diketahui, Rey yang menjadi Jedi generasi terbaru menolak ajakan Kylo Ren untuk bergabung ke Dark Side tetapi Rey sendiri tergoda untuk menerima tawaran Dark Side itu. Hal inilah yang membuat Kylo Ren naik pitam, padahal ia semula sempat simpati pada Rey. Dalam Star Wars: The Rise Of Skywalker, pengejaran Kylo Ren terhadap Rey akan menjadi pemandangan tersendiri yang menyerukan. Asal-usul Rey yang hanya diketahui Kylo Ren dan kekuatan besar menjadi kejutan di dalam cerita.


Beban berat ada pada pundak J.J Abrams sebagai sutradara, lewat film terakhir ini J.J Abrams harus berpikir keras bagaimana bisa kembali merebut hati fans yang merasa sangat dikecewakan lewat 'The Las Jedi'. Yang saking kecewanya fans sampai membuat petisi agar The Last Jedi tidak dimasukan dalam canon main story Star Wars sudah ada. Memunculkan kembali Palpatine pada seri terkahir ini adalah kejutan tersendiri yang membuat cerita menjadi menarik. Hal ini yang coba dimanfaatkan oleh J.J Abrams yang sekalgus mengkoneksikannya dengan masa lalu Rey. Dan meskipun terasa dipaksakannya karakter ini muncul, tetapi untungnya ditampilkan dengan cara elegan dan membuatnya terlihat jauh lebih berbahaya.


Untuk plot cerita sendiri jika kamu sudah menonton dua trilogi sebelumnya, kamu tidak sendiri jika merasa hampir sebagian besar plot cerita kebanyakan seperti pengulangan. Jika The Force Awakens adalah the new Á New Hope', maka untuk Th Rise of Skywalker adalah gabungan antara Empire Strike Back dan Return of Jedi. Di satu sisi fans akan suka karena kemabli kepada nostalgia, lalu disisi lain juga akan merasa bosan dengan alur cerita yang begitu-begitu saja dengan setting yang berbeda.


Lalu dari pengembangan karakter lainnya, bromance antara Finn (John Boyega) dan Poe (Oscar Issac) jauh makin berkembang. Joke-joke antara mereka berdua bumbu komedi yang memancing tawa ketika tone film semakin serius. Tidak hanya Finn dan Poe, tetapi juga antara Finn dan Rey, lalu juga Rey dan Kylo Ren yang masing-masing mempunyai pengembangan hubungan karakter yang berbeda yang buat saya yang paling menarik dari keseluruhan film jika dirunutkan.


Dari cerita yang tidak luar biasa, buat saya sendiri The Rise of Skywalker masih mempunyai drama yang kuat antar karakternya. Selain itu adegan pertempuran dalam seri terakhir ini juga salah satu bagian terbaik dalam film ini. Jadi untuk kamu yang tidak menikmati cerita, minimal pertempuran dan perang dalam film ini benar-benar akan menghibur dan memanjakan mata. Tetapi secara The Rise of Skywalker bukanlah penutup sebuah saga yang tidak  kamu ekspetasikan akan menajdi penutup yang sempurna .

Overall: 7/10

(By Zul Guci)

Friday, December 20, 2019

ULASAN: IMPERFECT 'KARIER, CINTA DAN TIMBANGAN'



Seperti sudah menjadi agenda akhir tahunan, menonton film terbaru yang disutradarai oleh Ernest Prakasa  seperti menjadi sebuah kebiasaan untuk kita yang sudah terlanjur jatuh cinta dengan film-film sang komika ini yang mempunyai ciri khas tersendiri dalam film-filmnya. Dan lewat film terbaru ini Ernest menantang dirinya sendiri mencoba sesuatu yang baru, yaitu mengadaptassi novel kesebuah film. Memang iya Ernest sudah pernah melakukannya lewat Ngenest, tetapi itu adalah novel atau buku karya dia sendiri. Imperfect sendiri merupakan novel karya dari istri Ernest sendiri Meira Anastasia.



Imperfect bercerita tentang Rara (Jessica Mila) seorang gadis yang cerdas dan diandalkan di kantor yang mempunyai masalah berat badan. Body shaming adalah makanannya sehari-hari yang tidak hanya Rara dapatkan dilingkungan pekerjaan, tetapi juga lingkungan rumah datang dari teman-teman ibunya sendiri (Karina Suwandi) yang berkunjung dan bahkan membanding-bandingkannya dengan adiknya sendiri Lulu (Yasmin Napper) yang mempunyai penampilan jauh lebih menarik.



Rara cukup beruntung, meskipun selalu menghadapi hinan ataupun body shaming lainnya, dia memiliki sahabat seperti Fey (Shaarefa Danish) dan pacarnya Dika (Reza Rahadian) yang tidak memperdulikan berat badan dan penampilan Rara. Hal yang tidak membuatnya tertekan itu mulai berubah ketika atasan barunya di kantor Kelvin (Dion Wiyoko) yang bisa memberikan promosi jabatan kepada Rara asalkan Rara bisa merubah penampilannya jauh lebih menarik. Sesuatu hal yang bisa disanggupi oleh Rara tersebut perlahan juga merubah sikap Rara pada orang-orang yang disayanginya.



Seperti yang sudah disinggung diatas, isu body shaming adalah tema yang diangkat dalam Imperfect ini. Yang awalnya saya mengira Ernest tidak akan selepas alam film-film sebelumnya. Terlebih sentral karakternya ada pada wanita seperti 'Susah Sinyal'yang terlihat Ernest belum bisa memaksimalkan faktor ini. Susah Sinyal sendiri merupakan karya Ernest paling lemah versi saya. Jadi cukup beralasan saya tidak memasang eksptasi macam-macam pada Imperfect.




Dan untungnya prediksi saya film ini akan biasa-biasa saja salah besar. Ernest sudah jauh banyak berkembang setelah Susah Sinyal. Membahas isu body shaming sesuatu hal yang sangat sensitif, tetapi Ernest mengemasnya dengan menarik dan ringan dengan pesan yang cukup tersampaikan kepada penonton. Joke-joke yang mengenai body shaming yang didalangi oleh Muhadkly Acho sebagai comedy consultant berhasil membuat penonton tertawa tanpa menyinggunfisik ataupun isu yang sensitif di film ini.


Sementara untuk pemain, Jessica Mila layak diberikan kredit lebih karena mampu menyanggupi menaikan berat badannya sebanyak 10 kg untuk peran Rara. Sesuatu hal yang terbayar lunas dengan peforma Jessica Mila yang terlihat makin maksimal dengan lawan mainnya Reza Rahadian sebagai Dika yang membuat saya heran dengan penampilannnya disini dengan karakter mungkin akan biasa-biasa saja jika diperankan oleh aktor lain, tetapi lewat aktor satu ini karakter Dika tidak hanya sekedar penghias cerita saja, tetapi juga memberikan nyawa pada film ini. Adegan saat Dika meninggalkan Rara yang membujuknya untuk naik mobil dari pada naik motor adalah adegan terfavorit saya dari dua karakter ini.


Salah satu hal yang selalu menarik dalam film-film Ernest adalah pemeran-pemeran pembantunya yang memberi warna tersendiri. Untuk Imperfect sendiri ada pada 4 sekawan  penghuni kost milik Ibu Dika yang diperankan oleh Dewi Irawan. Dialog-dialog 4 sekawanan mengenai kekurangan atau masalah masing-masing selalu mengocok perut. Jikapun ada yang tidak menikmati drama film ini, minimal kamu akan terhibur dengan 4 kawanan ini. Satu-satunya minus yang sangat saya rasakan pada film ini adalah adegan pemakaman salah satu anggota keluarga Teddy (Ernest Prakasa) yang sangat dipaksakan ada.


Imperfect makin membuktikan sahihnya seroang Ernest sebagai filmaker yang karyanya akan selalu kita tunggu tiap tahunnya. Tanpa perlu diadakan jajak pendapat, jika dibandingkan dengan Raditya Dhika yang sama-sama berangkat dari seorang Komika menjadi sutradara, Ernest ada diatas seniornya tersebut.

Sunday, December 8, 2019

ULASAN: KNIVES OUT




Teka-teki dan misteri merupakan dua hal yang wajib ada dalam film-film bergenre kriminal dan detektif tetapi cukup sulit menemukan judul film yang berkesan karena terkadang pemanfaatan kedua unsur ini tidak maksimal atau skrip ceritanya yang memang buruk dan tidak masuk akal dari awal. Jika anda suka dengan film-film misteri pembunuhan yang terinspirasi dari Novel Agatha Christie maupun Sir Arthur Conan Doyle dan mendambakan film misteri pembunuhan berkualitas maka anda tidak boleh melewatkan film Knives Out yang akan dirilis pada bulan Desember 2019 ini di layar bioskop Indonesia. Film yang bisa dikatakan sebuah masterpiece ini ditulis, disutradari, dan diproduseri oleh sutradara berbakat Rian Johnson yang belakangan dikenal publik lewat penyutradaraannya di Star Wars: The Last Jedi. Film Knives Out bergenre whodunit mystery thriller, disebut whodunit karena gaya ceritanya termasuk dalam cerita detektif yang menggunakan plot dan teka-teki yang kompleks dan berlapis dalam menghantarkan penonton menyimpulkan siapakah pelaku kejahatan sebenarnya di akhir cerita. Sederet aktor terkenal didapuk menjadi cast film ini, yaitu Daniel Craig, Chris Evans, Ana de Armas, Jamie Lee Curtis, Michael Shannon, Don Johnson, Toni Collette, Lakeith Stanfield, Katherine Langford, Jaeden Martell, dan Christopher Plummer. Knives Out telah diputar di Bioskop US pada 27 November 2019 lalu dan sudah mendapat banyak pujian untuk akting para pemerannya dan naskah ceritanya yang brilian, hingga saat ini Knives Out menduduki rating 96% di Rotten Tomatoes.



Tersebutlah seorang novelis fiksi detektif kriminal bernama Harlan Thrombey (Christopher Plummer) mengadakan pesta ulang tahunnya yang ke-85 sekaligus ajang berkumpul seluruh anggota keluarga besarnya yang masing-masing memiliki kisah dan masalahnya sendiri. Namun keesokan harinya Fran (Edi Patterson), ART (asisten rumah tangga) Harlan, menemukan Harlan telah tewas dengan dugaan bunuh diri di kamarnya. Lalu dua polisi Det. Letnan Elliot (Lakeith Stanfield) dan Trooper Wagner (Noah Segan) serta detektif swasta Benoit Blanc (Daniel Craig) datang untuk menyelidiki kasus ini. Mereka bertiga lalu memulai serangkaian wawancara dengan seluruh anggota keluarga Thrombey untuk mengungkap kemungkinan dan motif pembunuhan terhadap Harlan. Wawancara dilakukan terhadap Linda (Jamie Lee Curtis) putri pertama Harlan dan suaminya Richard (Don Johnson), Linda dan Richard memiliki anak bernama Ransom (Chris Evans) yang terkenal sebagai playboy dan gemar berfoya-foya. Berikutnya Walter (Michael Shannon) putra bungsu Harlan yang merupakan CEO perusahaan penerbit milik Harlan. Lalu wawancara berlanjut dengan Joni (Toni Collette) yang merupakan menantu Harlan dari mendiang anaknya Neil yang sudah meninggal, Joni memiliki anak Meg (Katherine Langford) yang merupakan cucu perempuan Harlan. Seiring wawancara berlangsung terkuak rahasia masing-masing anggota keluarga yang semuanya memiliki motif yang cukup beralasan untuk membunuh Harlan. Wawancara terakhir dilakukan terhadap Marta Cabrera (Ana de Armas) yang merupakan perawat Harlan karena ia yang terakhir mengurus dan memberi obat pada Harlan di kamarnya sebelum ia meninggal. Marta memiliki keunikan bahwa jika ia mengucapkan kebohongan maka ia akan muntah, hal ini dianggap polisi dapat membantu memberi titik terang tetapi ternyata Marta mampu melewati wawancara tanpa petunjuk yang berarti untuk penyelidikan. Blanc merasa ada kejanggalan yang belum terungkap dan ia bertekad menemukan penyebab tewasnya Harlan yang sesungguhnya. Akankah Blanc berhasil mengungkap kasus kematian Novelis terkenal ini dengan cepat dan menguak sesungguhnya siapa atau apa yang menyebabkan Harlan meninggal? Blanc juga harus berpacu dengan waktu sebelum setiap anggota keluarga kembali ke tempat tinggalnya masing-masing setelah pembacaan surat wasiat peninggalan Harlan oleh notaris dilakukan.



Saya salut dengan Rian Johnson yang benar-benar memikirkan narasi cerita yang terstruktur dan rapi lengkap dengan twist dan misteri yang kompleks tetapi semuanya bisa dimuat dengan sangat menarik sehingga menjadi cerita misteri detektif yang mengagumkan ini. Tidak mudah menuangkan naskah cerita yang rumit menjadi adegan dalam film tetapi di sini Johnson menunjukkan kelihaiannya menyusun cerita. Sepanjang durasi 2 jam 10 menit, narasi cerita yang dibuat oleh Johnson serasa seperti mengajak kita bermain teka-teki bersama sambil ikut berpikir melalui petunjuk-petunjuk yang diberikan seiring film berjalan. Penonton ditantang untuk ikut membuat hipotesis dan menganalisis apa sebenarnya yang terjadi dengan Harlan. Ada momen di mana Johnson seperti mengecoh pikiran penonton dengan memberikan semacam adegan twist di pertengahan cerita yang dapat membingungkan penonton padahal sebenarnya bagi penonton yang jeli itu adalah adegan kunci yang akan membantu pengungkapan misteri sebenarnya di akhir film. Lapisan demi lapisan misteri dibuka secara perlahan sehingga mengundang rasa penasaran penonton akan seperti apa akhirnya dan ketika sampai pada konklusinya penonton tidak akan menyangka karena sampai akhirpun Johnson masih menyisakan kejutan. Adanya unsur komedi dengan gaya yang unik menjadikan film ini menarik untuk ditonton. Menonton film ini membutuhkan fokus anda untuk mengingat setiap karakter anak-anak Harlan dan masalah yang dimiliki mereka masing-masing. Selain itu anda juga harus fokus pada petunjuk dan detil-detil penting yang ada sepanjang film agar dapat memahami penjelasan pengungkapan misteri di akhir cerita film.



Konflik khas keluarga besar di mana setiap anggota keluarga Harlan memiliki rahasia terpendam masing-masing juga menjadi faktor yang memberi kedalaman lebih terhadap cerita film. Topik yang relate dengan penonton yang sudah berkeluarga seperti soal perselingkuhan, bisnis keluarga, dan perebutan warisan membuat penonton mudah terhubung dengan cerita film ini. Johnson sama sekali tidak membuat penonton berputar-putar tidak jelas dengan dialog yang membingungkan, dia mampu membuat adegan dialog baik pada saat wawancara maupun saat pengungkapan menjadi menarik karena didukung oleh akting para aktor yang mumpuni dan cerita yang solid. Pada bagian konklusi film ini bisa dianggap sebagai ujian di mana penonton akan menguji hipotesis yang sudah dibuatnya apakah sesuai sekaligus melatih logika penonton untuk menghubungkan petunjuk-petunjuk yang cukup banyak diberikan dari awal film. Di bagian akhir ritmenya cukup cepat sehingga butuh konsentrasi lebih dan tidak boleh mengantuk agar tidak melewatkan setiap detil yang diberikan.



Untuk para cast yang bermain dalam film ini dapat dikatakan tidak ada yang mengecewakan karena semua memiliki momen mereka masing-masing, tidak ada karakter yang sia-sia baik karakter utama maupun karakter-karakter pendukung dalam film. Mereka semua diberi ruang untuk pengembangan karakter mereka masing-masing. Daniel Craig dan Ana de Armas sebagai dua karakter utama dalam film melakukan tugas mereka dengan sangat baik. Ana de Armas kali ini mendapatkan porsi cukup banyak dan penting sekaligus membuktikan bahwa ia akan menjadi next rising star dengan perannya sebagai perawat yang baik hati namun berada dalam situasi yang sulit. Daniel Craig yang terkenal fleksibel bermain dalam film aksi maupun komedi, yang juga menjadi wajah agen 007 terbaik di era ini, menunjukkan kepiawaiannya memerankan detektif eksentrik dengan aksen khas menjadikan ia karakter favorit baru. Semua aktor yang memerankan anggota keluarga Harlan diberikan backstory masing-masing yang mereka perankan dengan sangat baik mulai dari Jamie Lee Curtis sebagai putri sulung yang dominan dan angkuh, Don Johnson sebagai suami yang sangat pro Amerika, Michael Shannon sebagai anak yang putus asa menginginkan pengkuan dari Harlan, Chris Evans sebagai putra playboy yang dimanja, Tony Collette sebagai menantu yang mata duitan, Edi Patterson sebagai pelayan keluarga yang telaten dan mengetahui semua rahasia keluarga, Jaeden Martell sebagai anak yang memiliki kecendrungan politik ekstrem, dan Katherine Langford (13 Reasons Why) sebagai anak yang berusaha acuh tak acuh terhadap keluarga disfungsional ini namun tetap memiliki rasa kepedulian khususnya terhadap Marta. Bahkan Lakeith Stanfield dan Noah Segan yang tampil sebagai detektif turut memberikan kelucuan lewat line-line ucapan yang mereka berikan.



Setting lokasi yang menggunakan rumah kastil gaya Victorian di Ames Mansion (Borderland State Park) sebagai Thrombey Estate dan kota kecil Boston memberikan nuansa khas dan misterius untuk film ini. Bagian-bagian rumah seperti ruang tamu, perpustakaan, ruang berkumpul keluarga memberikan kesan grande dan klasik seperti dalam novel-novel misteri. Scoring musik instrumental yang didominasi bunyi piano dan biola cukup efektif mengundang rasa ingin tahu penonton dalam menyimak jalan cerita film. Hal unik lain adalah kursi yang berada di ruang tengah yang terbuat dari ornamen pisau yang mengelilingi dan menunjuk ke arah kepala orang yang mendudukinya, Kursi ini menunjukkan kreativitas tinggi karena mengusung judul film ini secara tersirat di mana setiap anggota keluarga yang diinterogasi menduduki kursi ini dan menunjukkan bahwa siapapun memiliki motif untuk jadi tersangka.



Johnson dalam film misteri yang cerdas ini selain mengangkat isu yang jamak dihadapi dalam keluarga besar juga memasukkan soal isu imigran yang datang ke amerika seakan menyorot kebijakan kontroversial yang dicetuskan oleh Trump selaku presiden AS. Karakter Marta selaku imigran berulang kali dianggap asing lengkap dengan stereotip imigran oleh anggota keluarga Harlan namun hanya Harlan yang betul-betul menyayangi dan peduli padanya. Isu anak-anak dalam keluarga besar yang kaya raya tapi memiliki konflik dan menyimpan rahasia keluarga memperlihatkan bahwa hidup dalam keluarga besar pun tidak luput dari tantangan apalagi ketika menyangkut surat wasiat dan warisan harta keluarga. Salah satu hal soal warisan yang banyak disorot dalam film adalah soal rumah keluarga Thrombey Estate yang memiliki nilai historis dan diperebutkan oleh setiap anggota keluarga karena masing-masing menganggap dirinya yang paling berhak dan layak. Rian Johnson berhasil menampilkan kisah misteri detektif yang fresh dan membuktikan bahwa di era abad 21 ini cerita misteri klasik dengan gaya modern masih memiliki tempat asalkan kualitas ceritanya benar-benar diperhatikan. Film Knives Out karya brilian kreasi Rian Johnson ini menjadi salah satu film penutup di penghujung tahun yang amat berkesan dan tidak boleh anda lewatkan.


Overall: 9.5/10

(By Camy Surjadi)



Friday, December 6, 2019

ULASAN: JUMANJI 'THE NEXT LEVEL'



Film Jumanji (1995) yang dahulu sempat digemari di era 90-an karena tema petualangannya yang seru dan heboh dan dilanjutkan film keduanya Zathura: A Space Adventure (2005) sempat redup namun berkat performa film sekuelnya di tahun 2017 lalu Jumanji: Welcome to The Jungle nampaknya membuat franchise movie ini berjaya kembali. Keputusan menghidupkan kembali franchise ini rupanya memang tepat didukung cerita yang fresh dan para aktor yang mumpuni. Film Jumanji: Welcome to The Jungle menduduki peringkat box office di peringkat 5 film terlaris sepanjang 2017 dengan penghasilan total 962.1 juta USD. Dua tahun berselang kali ini kita disuguhkan dengan film lanjutannya dengan judul Jumanji: The Next Level. Film ini kembali disutradarai oleh Jake Kasdan yang juga bertindak sebagai penulis dibantu Jeff Pinkner, dan Scott Rosenberg. Para aktor dari film Jumanji 2017 juga kembali hadir, yaitu Dwayne Johnson, Kevin Hart, Jack Black, Karen Gillan, Nick Jonas, Alex Wolff, Morgan Turner, Ser'Darius Blain, dan Madison Iseman serta pendatang baru Awkwafina, Danny Glover, dan Danny DeVito. Film ini dirilis oleh Sony Pictures lewat label Columbia Pictures di US pada 13 Desember 2019 dan sudah dirilis di bioskop Indonesia pada 4 Desember 2019.



Diceritakan bahwa keempat karakter dari Brantford High School seusai film pertamanya kini sedang memasuki masa perkuliahan. Spencer (Alex Wolff) berkuliah di New York dan sedang memiliki hubungan tarik-ulur dengan Martha (Morgan Turner). Martha sendiri sedang menemukan kepercayaan dirinya dan sibuk berkuliah, Bethany aktif terlibat dalam kegiatan humanisme dan berkeliling dunia membantu orang-orang, dan Anthony "Fridge" Johnson (Ser'Darius Blain) sibuk dalam pertandingan-pertandingan American Football di kampus. Suatu waktu mereka bersepakat untuk melakukan reuni kecil di kota Brantford, New Hampshire sembari berlibur. Spencer tinggal di rumah nya dan mendapati kakeknya Eddie (Danny DeVito) juga tinggal di sana sambal menjalani pemulihan dari operasi pinggul. Walau permainan video game Jumanji sudah dihancurkan oleh di film pertamanya tetapi Spencer rupanya masih menyimpan permainan video game tersebut dengan tidak diketahui teman-temannya yang lain di ruang bawah tanah rumah kakeknya. Ketika Martha, Fridge, dan Bethany mendatangi rumah Spencer karena tidak ada kabar dari Spencer, mereka turun ke ruang bawah tanah dan dengan terkejut menemukan bahwa Game Jumanji sedang menyala dan Spencer tidak ada. Mereka menduga Spencer kembali masuk ke dalam Game dan memutuskan untuk ikut masuk guna menolong Spencer. Eddie dan sahabatnya Milo (Danny Glover) yang sedang berkunjung mencoba mngecek karena mendengar suara dentuman aneh di ruang bawah tanah dan sebelum mereka semua sempat memilih avatar, mereka semua ikut masuk ke dalam game. Namun karena game tersebut rusak menyebabkan banyak hal yang tidak terduga, kali ini Bethany tertinggal sedangkan Eddie dan Milo ikut terhisap masuk bersama Fridge, dan Martha. Kehebohan berikutnya adalah avatar mereka yang tidak sama seperti sebelumnya, Eddie menjadi Dr. Smolder Bravestone (Dwayne Johnson), Fridge menjadi Professor Sheldon "Shelly" Oberon (Jack Black), Milo menjadi Franklin "Mouse" Finbar (Kevin Hart), dan Martha tetap menjadi Ruby Roundhouse (Karen Gillan). Dengan keadaan yang serba kacau dan membingungkan ini mereka semua harus bekerjasama untuk menemukan Spencer dan menghadapi bahaya yang jauh berbeda dibandingkan sebelumnya agar dapat menang dan keluar dari Game Jumanji.



Film ini berhasil menepis asumsi saya bahwa sekuel terhadap film tahun 2017 akan biasa saja dan tidak menarik seperti film sebelumnya karena ternyata masih ada hal baru yang dapat digali dan memberikan cerita yang fresh berkat naskah ceritanya yang cerdas dan kreatif. Jake dan tim penulis cerita berhasil memberikan unique spin terhadap cerita Jumanji dengan tetap berfokus pada cerita petualangannya dan bukan pada aksi dan efek visual semata. Alih-alih berfokus pada karakter yang sama dan mengulang petualangan seperti di film pertama kali ini penonton dihadapkan dengan pertukaran masing-masing karakter utama di antara keempat avatar dalam game dan setting lokasi yang benar-benar baru yang tidak ada dalam film sebelumnya. Para karakter kali ini harus berpetualang di gurun pasir, gunung es, dan Winter Fortress (sebuah banteng besar untuk aksi final mereka dalam film). Memikul beban berat dari film tahun 2017 membuat Jake benar-benar meningkatkan scope dan skala film ini ke tingkatan selanjutnya sehingga membuat penonton tetap penasaran dengan cerita film kali ini. Durasi sepanjang 123 menit tidak terasa membosankan, narasi ceritanya memberikan porsi yang seimbang untuk drama, aksi, dan komedi dalam film. Kali ini penonton dibawa ke dalam konflik yang berbeda dan lebih berwarna, yaitu konflik antara Eddie dan Milo serta kerenggangan hubungan Martha dan Spencer. Penonton dibawa ikut menyusuri cerita para karakter menyelesaikan misi utama mereka dengan tidak melupakan penyelesaian konflik personal yang merupakan subplot yang membuat cerita film menjadi lebih dinamis dan sama sekali tidak mengganggu plot utama. Kekurangannya mungkin ada pada hubungan Eddie dan Milo di masa lalu yang tidak terlalu banyak dieksplorasi dan detil hubungan Martha dan Spencer yang menyebabkan hubungan mereka renggang. Jangan lewatkan adegan sesudah after credit yang pastinya akan semakin memancing rasa penasaran kita terhadap arah film ini selanjtunya.



Dalam film keduanya ini, kembali bermainnya semua cast yang merupakan nama-nama besar merupakan kelebihan tersendiri karena chemistry dan kekompakan yang telah terjalin memudahkan mereka untuk melanjutkan peran mereka seperti film sebelumnya. Kehandalan Dwayne Johnson menirukan persona Danny DeVito dan Kevin Hart menirukan persona Danny Glover menimbulkan kelucuan tersendiri karena benar-benar menunjukkan kehandalan akting mereka begitu pula Jack Black yang berperan sebagai Fridge yang kali ini juga dibawakan dengan kelucuan yang tetap mengena soal keterbatasan fisik. Karen Gillan kali ini meski tetap berperan sebagai avatar dari Martha namun mampu menampilkan sosok yang dapat memimpin menggantikan posisi Spencer di film sebelumnya. Awkwafina yang merupakan karakter baru tampil sebagai kejutan dalam film dan membawakan setiap adegan dengan kocak. Semua aktor ini mampu mengimbangi satu sama lain dan mereka semua diberi tempat untuk memiliki momen mereka masing-masing. Sementara itu dari segi karakter antagonis, Rory McCann (The Hound – Game of Thrones) tampil solid sebagai tokoh antagonis baru Jurgen The Brutal yang cenderung barbar. Semua adegan aksi dalam film ini pun juga ditingkatkan mulai dari skala bahaya hingga tantangannya. Adegan aksi dalam film kedua ini terlihat lebih variatif dan visual CGI-nya pun digarap dengan rapi. Walau adegan aksi yang ada cenderung ekstrim namun Wade Eastwood (Mission Impossible: Fallout & Rogue Nation, MIB) sebagai Director/ Stunt Coordinator mampu menghadirkan adegan-adegan tersebut tetap seru dan ramah ditonton keluarga. Mark Breakspear sebagai VFX Supervisor dan J.D. Schwalm sebagai SFX Supervisors mampu mendeliver efek-efek CGI mulai dari hewan-hewan dalam game Jumanji hingga pada lanskap lingkungan dengan sangat meyakinkan.



Jake Kasdan nampaknya merupakan sutradara yang tepat untuk franchise Jumanji karena ia mampu memberikan film follow-up yang dapat dinikmati seluruh keluarga dengan tidak mengabaikan nilai-nilai dan pesan yang ingin ia sampaikan. Penonton khususnya generasi muda dapat memetik pesan dan pelajaran berharga dari film Jumanji kedua ini. Berbekal pengalaman dalam film sebelumnya, ia tahu betul bagaimana membawa film Jumanji ke level selanjutnya seperti yang tercermin dalam judul film ini. Isu mengenai persahabatan dan rekonsiliasi hubungan ditampilkan Jake lewat cerita Eddie-Milo dan Martha-Spencer sepanjang film, yang mengajarkan penonton tentang pentingnya keterbukaan dan kebesaran hati untuk memaafkan. Isu soal kepercayaan diri dan belajar menerima keberadaan diri juga dieksplorasi kembali seperti dalam film tahun 2017 yang dapat kita lihat ketika karakter mereka kembali dalam game Jumanji namun dalam kondisi yang berbeda. Penonton juga diingatkan untuk belajar bagaimana menghadapi perubahan-perubahan dalam hidup dan tidak berhenti untuk mengembangkan diri dalam proses menjadi versi diri yang terbaik. Sebagai film di penghujung tahun 2019 ini Jumanji: The Next Level merupakan salah satu film yang tidak boleh anda lewatkan.


Overall: 8/10

(By Camy Surjadi)




Thursday, December 5, 2019

ULASAN: EGGNOID 'CINTA DAN PORTAL WAKTU'




Melihat segmen remaja milenial yang menyukai serial cerita webtoon maka Visinema tidak membuang kesempatan untuk menghadirkan adaptasi dari cerita yang terkenal bagus dan banyak peminatnya. Walau film Terlalu Tampan yang diadaptasi dari webtoon pada awal tahun 2019 ini tidak mencapai target jumlah penonton yang diharapkan tetapi nampaknya hal tersebut tidak membuat Visinema patah semangat. Sebagai buktinya Visinema kembali menghadirkan adaptasi dari webtoon karya Archie The Redcat yang juga memiliki banyak penggemar yaitu Eggnoid kali ini berjudul Eggnoid: Cinta dan Portal Waktu. Eggnoid versi webtoon sendiri memiliki rating 9,75 dengan jumlah pembaca sekitar 4,2 juta dan disukai sebanyak 18,2 juta orang. Film ini disutradarai oleh Naya Anindita dengan skenarionya ditulis oleh Indriani Agustina, Yemima Krisantina, Nurita Anandia, dan Naya Anindita sendiri. Film ini dibintangi oleh Morgan Oey (Mahasiswi Baru, Generasi Micin) dan Sheila Dara Aisha (Bridezilla, Ratu Imu Hitam) sebagai pemeran utamanya dan didukung oleh Luna Maya, Kevin Julio, Anggika Bolsterli (Twivortiare), Reza Nangin, Martin Anugerah, Fatih Unru, Reuben Elishama, dan Marissa Anita. Film Eggnoid sendiri tayang di layar bioskop Indonesia pada 5 Desember 2019.



Kisah Eggnoid bercerita tentang seorang pemuda bernama Egy (Morgan Oey) yang merupakan eggnoid (semacam android canggih yang memiliki perasaan layaknya manusia dengan fitur-fitur canggih) yang dikirim dari masa depan untuk membantu master/ manusia-nya melewati keadaan depresi yang sedang dialaminya agar dapat menjadi ceria kembali. Dalam kasus Egy sang master adalah Ran (Sheila Dara), Ran sangat senang dengan kehadiran Egy yang mampu menghibur hatinya. Egy dan Ran lalu tinggal bersama di rumah bersama tantenya Diany (Luna Maya) setelah kedua orang tua Ran meninggal akibat kecelakaan. Sehari-hari Egy bekerja di kedai es krim gelato bersama rekannya Tania (Anggika Bolsterli) sedangkan Ran melanjutkan kuliah di jurusan game design. Dua tahun tinggal bersama membuat keduanya saling jatuh cinta. Ketika Egy merasakan cinta maka tato sayap di dadanya menyala. Ternyata setelah didatangi dua pengawas masa depan yang menyamar menjadi petugas laundry yaitu Zen (Reza Nangin) dan Zion (Martin Anugerah) terdapat larangan yang harus dipatuhi oleh Eggnoid jika Eggnoid tidak ingin dipulangkan kembali ke masa depan, salah satunya adalah tidak boleh jatuh cinta pada sang master. Selain itu Eggnoid juga tidak boleh melakukan tujuh dosa maut. Setiap pelanggaran yang dilakukan akan membuat lambang sayap menyala dan jika dilakukan dengan sadar maka akan menyebabkan lambang sayap menghilang satu-demi satu. Jika lambang sayap telah habis maka eggnoid akan dikirim paksa dan diporgram ulang ke masa depan. Dapatkah Egy dan Ran menahan perasaan cinta mereka agar mereka bisa tetap bersama ataukah Egy dapat mencari solusi untuk keadaan mereka yang sudah menjadi rumit ini?



Nuansa film remaja sangat kental menghiasi cerita film ini sehingga bisa dikatakan film ini sangat segmented dan tidak semua kalangan dapat menikmatinya. Dengan durasi selama 102 menit sudah cukup pas untuk narasi yang dibawakan, tidak terlalu lambat namun juga tidak terlalu cepat. Filmnya sangat memberi ruang untuk pengembangan dan eksplorasi karakter sehingga membuat penonton mudah terhubung dengan dua karakter utamanya Ran dan Egy serta larut dalam konflik utama yang dihadapi mereka. Kekuatan film ini ada pada akting Morgan dan Sheila yang mampu menampilkan chemistry yang kuat sebagai sepasang kekasih yang memiliki kisah cinta terlarang akibat aturan yang dibuat untuk Eggnoid. Ceritanya mampu membawa emosi penonton ikut naik-turun (baper) dalam situasi yang dialami baik Egy maupun Ran. Hal yang jamak ditemui dalam kisah asmara seperti rasa cemburu yang dialami Egy ketika Ran dekat dengan Aji (Kevin Julio), hubungan yang renggang, kebuntuan yang dihadapi serta perasaan yang tersiksa akibat tidak dapat bersama direprsentasikan dengan sangat baik dalam cerita film ini. Sebagai penonton yang tidak mengikuti kisah webtoon-nya, narasinya cukup mudah dipahami walau ada beberapa kekurangan yang perlu digarisbawahi seperti kuliah Ran dalam game design ditampilkan sekedarnya saja dan tidak terlalu dieskplorasi padahal hal ini punya peranan penting di akhir film, sepanjang film kita diekspos terus menerus dengan hidup Ran dan Egy yang penuh cinta tapi seakan tidak memberi porsi untuk kehidupan nyata yang harus dijalani mereka berdua. Lalu hubungan Ran dengan Aji yang ditempatkan sebagai faktor konflik yang merintangi hubungan Ran dan Egy yang awalnya membuat cerita menarik tidak diarahkan dengan cukup baik dalam narasi cerita.



Sheila Dara dan Morgan berhasil menampilkan performa maksimal mereka dalam Eggnoid. Sheila Dara membuktikan kualitas aktingnya dalam menghidupi setiap karakter yang ia perankan begitu pun dalam Eggnoid ini, dia mampu menampilkan karakter yang awalnya rapuh dan depresi namun mampu bangkit menjadi karakter gadis yang manja, ceria, sweet, dan lovable. Ia mampu mengimbangi akting Morgan dan menampilkan chemistry yang sangat baik sebagai kekasih yang menyayangi Egy. Sementara Morgan berhasil keluar dari zona nyamannya dan menampikan sisi komikal dirinya sebagai sosok eggnoid yang lugu, unyu, baik hati, dan penuh rasa cinta dan perhatian pada Ran. Keduanya mampu menampilkan pergantian emosi di tiap adegan romantis maupun dramatis dengan baik. Akting Reza Nangin dan Martin Anugerah dari Cameo Project sangat menghibur dan memberi dinamika menarik untuk film. Luna Maya dan Anggika Bolsterli walau tidak tampil terlalu banyak namun kehadiran mereka cukup mencuri perhatian. Sinematografi yang ditampilkan Visinema selalu memanjakan mata dan enak dilihat dalam semua filmnya demikian juga dalam film ini yang didominasi waran-warna pastel yang cerah. Lagu Soundtrack Nidji berjudul Cinta dan Portal Waktu memberi rasa tenang dan membuat perasaan damai begitu pula dengan lagu-lagu romantis lainnya yang menghiasi film ini.



Naya Anindita cukup berhasil mengadaptasi Eggnoid ke dalam film dengan sentuhan drama romantis yang kuat. Pesan yang ingin disampaikan dalam film ini mengenai isu depresi dibawakan dengan penggambaran bahwa ketika menghadapi depresi seseorang butuh teman untuk bisa membantu melewati hal tersebut karena kehadiran sosok teman akan mampu membantu menguatkan dan memberi semangat untuk bangkit. Seseorang dalam keadaan depresi merasa hal baik dan indah dalam hidupnya sudah direnggut dan tidak ada lagi. Film ini juga berpesan bahwa walau masalah berat menimpa itu bukanlah akhir segalanya karena akan selalu ada bantuan dan jalan keluar.


Overall: 7/10

(By Camy Surjadi)