Film – film drama komedi Korea Selatan terkenal dengan kreativitasnya dalam mengolah tema yang tidak biasa namun bisa menjadi cerita yang sangat menarik. Kali ini film keluarga bertajuk Secret Zoo yang bernuansa komedi hadir. Film ini diangkat dari adaptasi serial webcomic berjudul Haechijiana karya Hun dan sudah dipublikasikan dari 20 September 2011 hingga 27 April 2012 di Daum Webtoon Company. Film ini disutradarai dan ditulis naskah ceritanya oleh Son Jae-Gon (Villain and Widow-2010; My Scary Girl-2006) dan dibintangi oleh Ahn Jae-Hong (Miss & Mrs Cops -2019) dan Kang So-Ra (Cheer Up Mr.Lee-2013; Sunny-2011) sebagai bintang utama dengan didukung oleh Park Young-Gyu (Happiness for Sale-2013), Kim Sung-Oh (Unstoppable-2018; The Merciless-2017), Jeon Yeo-Bin (Illang: The Wolf Brigade-2018), Park Hyuk-Kwon (Unfinished-2018), Yoon Sung-Woo (Ashfall-2019), dan Jeon Woon-Jong (K-Drama series Chocolate-2018/2019). Film ini sudah dirilis di Korea Selatan pada 15 Januari 2020 dan telah menjadi box office di Korsel dengan menjual lebih dari 813 ribu tiket di 1.216 layar sejak tayang. Film Secret Zoo akan tayang di bioskop Indonesia pada 5 Februari 2020.
Tae Soo (Ahn Jae Hong), seorang pengacara yang sedang berusaha meraih kesuksesan di tempat ia bekerja mendapat kesempatan menjadi direktur di sebuah kebun binatang setelah menyelamatkan bosnya CEO Hwang (Park-Hyuk Kwon) dari amukan para demonstran. Tae Soo diberi waktu 3 bulan untuk mengurus kebun binatang tersebut agar ramai kembali sebelum perusahaannya akan menjual kembali ke pihak pembeli Min Chae-Ryung (Han Ye-Ri). Akan tetapi sesampainya di lokasi, Tae Soo terkejut mendapati kebun binatang tersebut hampir mengalami kebangkrutan dan akan ditutup. Semua hewan di kebun binatang habis terjual, dan hanya menyisakan sangat sedikit binatang serta seekor beruang kutub bernama Black Nose. CEO Hwang rutin mengecek Tae Soo untuk memastikan apakah ia mampu melaksanakan tugas yang diberikan, Tae Soo selalu menjawab dengan yakin. Karena terdesak, Tae Soo akhirnya memiliki sebuah ide yang sangat tidak biasa bahkan agak gila untuk menyelamatkan kebun binatang tersebut. Tae Soo mengajak para pegawainya untuk menggunakan hewan palsu sebagai pengganti hewan-hewan asli karena mereka tidak mungkin mendatangkan hewan-hewan asli dalam waktu singkat. Tae So dan para karyawannya mendatangi tempat pembuatan kostum untuk film yang digawangi oleh Tuan Ko (Kim Ki-Cheon), guna mendapatkan kostum yang terlihat ‘nyata’. Kostum yang disarankan adalah singa, beruang kutub, kukang, dan gorila, serta jerapah yang akan disusulkan. Para pegawai kebun binatang diminta oleh Tae Soo untuk berpura-pura menjadi hewan-hewan tersebut. Han So Won (Kang Sora) diminta menjadi singa, direktur Seo (Park Young Gyu), yang merupakan direktur kebun binatang sebelumnya, diminta menjadi beruang kutub, Kim Gun Wook (Kim Sung Oh) diminta menjadi gorilla, dan Kim Hae Kyung (Jeon Yeo Bin) menjadi kukang. Tae Soo yang menggantikan direktur Seo menyamar sebagai beruang kutub suatu ketika merasa Lelah dan meminum Coca-Cola. Hal tersebut ternyata dilihat oleh pengunjung dan akibat kelucuan itu kebun binatang tersebut akhirnya menjadi ramai dan viral di media sosial. Akan tetapi berbagai rintangan sudah menunggu Tae Soo dan para pegawai kebun binatang. Berhasilkah Tae Soo meraih kesuksesan dan posisi yang dijanjikannya setelah kebun binatang yang dipimpinnya menjadi viral atau malah ‘kepalsuan’ yang dia rencanakan terkuak?
Adaptasi cerita webtoon Haechijiana ini terbilang berhasil karena mampu menghadirkan cerita yang lucu namun tetap memiliki emosi dan pesan yang mengena untuk para penonton. Dengan durasi 117 menit narasi cerita mengalir dengan baik di bagian awal dan pertengahan cerita namun agak tergesa-gesa di bagian konklusinya. Pada bagian introduksi dan pengenalan karakter apa yang dilakukan dalam film ini sudah sangat baik, penonton diperkenalkan secara perlahan dan detil mengenai keseharian hidup Tae Soo sehingga memberi penonton waktu untuk terhubung dengannya. Lalu di bagian berikutnya penonton diperkenalkan dengan karakter-karakter pegawai kebun binatang yang cukup beragam namun mereka semua mampu memberikan dinamika yang menarik di sepanjang cerita film berkat interaksi mereka dengan Tae Soo ataupun di antara mereka satu sama lain. Unsur komedi film ini adalah aspek yang paling menarik karena mampu ditempatkan pada adegan-adegan yang tepat dan dijamin memancing gelak tawa. Selingan kisah percintaan juga turut diselipkan antara Tae Soo dan Han So serta Kim Gun Wook dan Kim Hae Kyung tetapi sayangnya terlalu dangkal padahal akan menarik jika dieksplorasi karena chemistry di antara kedua pasangan tersebut mampu ditampilkan dengan baik dan organik. Momen-momen dramatis juga disajikan dengan baik dan mampu membuat penonton berempati dan merefleksikan masalah dan konflik yang terjadi di kebun binatang. Akting Ahn Jae Hong sebagai karakter utama sangat baik terutama di momen-momen dia mengalami konflik batin dan moral atas keputusan yang harus ia buat terkait kebun binatang yang ia pimpin. Ahn Jae Hong juga terlihat lebih berakting dominan dibandingkan Kang Sora kemungkinan karena jalan cerita yang kurang memberi mereka momen untuk bersama padahal hubungan di antara mereka akan sangat menarik untuk dieksplorasi. Jalan cerita film ini mudah ditebak ketika kita menuju pertengahan film namun dinamika akting para pemainnya dalam memancing gelak tawa penonton mampu menarik penonton untuk menantikan seperti apa adegan final film ini.
Hal utama yang patut diapresiasi dalam film ini adalah penggunaan kostum yang sangat baik kualitasnya sehingga penampilan para aktor/ aktris dalam ksotum binatang terlihat meyakinkan dan mampu menunjang keseluruhan cerita dengan sangat baik. Mereka juga mampu tampil kocak lewat dialog-dialog dan tingkah konyol selagi berada dalam kostum binatang. Kekurangan yang sekaligus menjadi tantangan dalam film ini adalah karakter beruang kutub Black Nose yang full CGI tetap terlihat kentara di beberapa adegan dan sangat sulit untuk menampilkan gerakan atau interaksi yang realistis dari beruang kutub tersebut. Akan tetapi untungnya hal tersebut tidak mengganggu jalan cerita namun bagi penonton dewasa yang detil pasti akan menyadari kekurangan ini. Minimnya kehadiran hewan juga menjadi pertanyaan karena dalam film diceritakan para pegawai kebun binatang masih mengurus beberapa binatang kecil yang tersisa, penonton tidak akan melihat interaksi para pegawai kebun binatang tersebut dengan para hewan. Ide penggunaan kostum binatang sekaligus merefleksikan pertanyaan dan ironi apakah manusia mengeksploitasi para hewan hanya untuk objek tontonan semata.
Son Jae-Gon berusaha menyampaikan isu seputar permasalahan yang kerap terjadi di kebun binatang lewat serangkaian peristiwa-peristiwa dan dialog para pemainnya dalam film dengan tepat dan mengena bagi penonton khususnya mengenai nasib-nasib para binatang yang ada di kebun binatang. Jae-Gon mengajak para penonton untuk ikut berpikir tentang apakah manfaat dari kebun binatang itu sepadan dengan hewan-hewan yang ‘dikondisikan’ bukan di habitat asli mereka dan menunjukkan bahwa yang dapat manusia lakukan adalah merawat para binatang itu sebaik mungkin. Karena sebaik apapun kebun binatang dirancang tetap tidak akan dapat meyamai habitat asli mereka, hal inilah yang kerap menjadi pertentangan bagi organisasi pencinta hewan terhadap kebun binatang. Selain itu isu penindasan korporasi besar, dalam film ini properti, yang mencaplok kebun binatang untuk dijadikan area perumahan seakan menyindir praktik yang sering terjadi di kota-kota besar yang lebih mementingkan keuntungan ketimbang preservasi lingkungan dan kekayaan alam. Dilema moral tentang bagaimana seharusnya kita memilih hal yang benar untuk dilakukan dalam hidup digambarkan dengan sangat baik dalam film ini. Jae-Gon pandai merangkai adegan dan cerita dalam film guna menyampaikan pesan-pesan tersebut secara santai namun tepat sasaran. Seusai menyaksikan film ini semoga anda mendapatkan pesan bahwa kita memiliki peran dalam menjaga kelangsungan hidup hewan-hewan di dunia sekaligus memiliki perspektif baru terhadap kebun binatang dan para pekerja yang terlibat di dalamnya.
Overall: 8/10
(By Camy Surjadi)