Buat anda yang suka dengan film-film Hollywood seperti Dark Waters (2019), The Report (2019), The Post (2017), dan the Fifth Estate (2013) pasti sepakat kalau semua film tersebut tone-nya serius. Film-film tersebut termasuk dalam Whistleblower movies atau kadang disebut juga Conspiracy movies yang merupakan salah satu genre yang cukup banyak diminatipenonton. Nah apa jadinya kalau tipe film seperti ini dibuat oleh Korsel? Jawabannya adalah Film Samjin Company English Class (Samjingeurup Yeongeotoikban) yang disutradarai oleh Lee Jong-pil (The Sound of a Flower – 2015; Born To Sing - 2013) dirilis 21 Oktober 2020 dan akan dirilis di Indonesia pada 7 Desember 2020. Film ini terinspirasi dari kisah nyata di era 90’an yang melibatkan perusahaan besar di Korsel saat itu, yang konon sengaja disamarkan menjadi Samjin, dibintangi oleh Go Ah-sung, Esom and Park Hye-su sabagai 3 karakter utamanya serta didukung oleh Cho Hyun-chul; Kim Jong-soo, David Lee McInnis, dan masih banyak lagi. Menurut info film ini langsung menduduki tanggap puncak box office selama enam hari berturut-turut dan mencapai total pendapatan 12 juta USD lebih dari 1,5 juta penonton.
Alkisah di tahun 1995, LeeJa-young (nama Inggris Dorothy; yang kita kenal lewat Snowpiercer dan The Host),Jung Yu-nah (nama Inggris Michelle; yang bermain di Scarlet Innocence),dan Shim Bo-ram (yang bermain di Swing Kids)adalah tiga karyawati yang sama-sama bekerja di Perusahaan Samjin. Setelah 8 tahun bekerja karir mereka mandek dan hanya diberikan tugas-tugas yang tidak penting serta dianggap sebelah mata mengingat mereka hanya lulusan SMA seperti kebanyakan karyawati lainnya di perusahaan itu. Suatu hari memo internal perusahaan menginfokan bahwa setiap karyawanyang berhasil mencapai skor 600 untuk TOEIC (Test of English for International Communication) akan memiliki kesempatan untuk dipromosikan menjadi asisten manajer. Sontak hal ini membuat mereka bertiga dan rekan-rekan karyawati lainnya berjuang kelas di kelas Bahasa Inggris khusus karyawan.
Suatu harisaat Ja-young sedang tugas keluarke sebuah pabrik yang memproduksi komponen elektronik untuk Samjin di daerah pedesaan, iasecara kebetulan menyaksikan air limbah pabrik dibuang ke sungai dan mencemari ekosistem di sana. Ja-young yakin bahwa perusahaannya sedang melakukan transaksi curang dan bersama dengan Yu-nah dan Bo-ram, mereka bertigamencoba untuk menemukan bukti yang tak terbantahkan untuk menguak kasus ini.Akankah trio wanita ini berhasil atau mereka malah dikeluarkan oleh perusahaan tempat mereka bekerja? Saya tidak akan menguak lebih jauh, untuk tahu jawabannya anda perlu menyaksikan film ini.
Judul film ini nampak remeh dan membingungkan tetapi justru dari judul inilah cerita dimulai dan berpusat. Awalnya pasti kita berpikir film ini drama komedi biasa yang mengambil setting karyawan kantoran tetapi percayalah film ini tidak sedangkal yang terlihat. Selama 110 menit anda akan disuguhkan dengan cerita yang menarik dan tidak membosankan sama sekali walau tema yang diusungnya serius dan berat. Coba bayangkan Isu lingkungan ala Erin Brockovich yang dipadukan dengan skandal korporasi ala Wall Street serta berbagai referensi era 90-an yang sangat kental mewarnai film ini. Referensi tersebut dipadukan dengan gaya cerita khas drama Korea, hanya Korsel yang bisa melakukan gaya film seperti ini membuktikan kehebatan sineas Korsel dalam menggarap cerita film ini secara kreatif.
Treatment yang digunakan Jong-pil untuk cerita ini terbilang berhasil karena ia menggunakan genre drama, komedi, dan investigasi yang mampu membuat penonton penasaran dan terbawa dengan ceritanya. Tone yang tidak sepenuhnya serius membuat penonton lebih rileks dan tidak stressdalam mengikuti ceritanya. Akan beda ceritanya kalau jalur serius ala The Post atau Spotlight yang dipilih.
Storytellingnya juga juara karena meng-cover semua aspek dengan detail dan hampir sempurna, mulai dari bagian introduksi kita dibawa mengenal perusahaan Samjin lewat compro singkat (company profile) lalu ke karakter-karakternya mulai dari 3 karakter utama sampai karakter-karakter pendukung, yang masing-masing punya peran seiring cerita berkembang, serta Kelas Bahasa Inggris persiapan TOEIC tempat cerita ini dimulai. Character development masing-masing karakter dilakukan dengan sangat baik dan walaupun cukup banyak tapi karakter-karakter tersebut semua mendapat porsinya secara seimbang dan tidak ada yang tidak penting atau terlupakan. Setelah itu pace ceritamengalir cukup cepat dan menampilkan twist demi twist layaknya film detektif namun dipastikan penonton akan mendapat jawaban penyelesaian dari semua konflik yang terjadi. Bagian klimaks film ini selain penting namun juga emosional dan menyimpan kejutan yang mampu membuat kita tersenyum di akhir cerita. Gaya investigasi ala agen rahasia yang diwarnai adegan komedi untuk mendapatkan bukti guna menguak skandal korupsi di rumah sang Direktur Oh Tae-yeong (Baek Hyun-jin) merupakan adegan yang tidak boleh dilewatkan. Momen-momen emosionalberhasil dibangun lewat scoring musik yang membuat penonton ikut terbawa suasana.Kita seakan diajak ikut merasakan bagaimana berada di posisi mereka yang seakan tidak punya kekuatan untuk melawan birokrasi perusahaan. Butuh fokus untuk memahami skandal korporasi yang dibuka dan dieksplorasi sepanjang film namun semua itu akan terbayarKetika sampai pada bagian akhir
Ketiga karakter utama yang menjadi pahlawan dalam cerita film ini benar-benar solid dan saling melengkapi satu sama lain. Chemistry di antara mereka bertiga benar-benar terasa dan cepat membuat penonton terhubung dengan mereka. Go Ah-sung sebagai Ja-Young yang merupakan otak dari trio ini yang cekatan dan tahu semua detil karyawan pria di bagiannya mulai dari racikan kopi, lokasi file dan hal-hal detil lainnya,Esom sebagai Yu-nah di bagian marketing yang cantik, pandai memberi komentar pedas, dan selalu punya ide kreatif namun dipenuhi oleh karyawan yang saling sikut dan suka menjilat, dan terakhir Park Hye-su sebagai Bo-ram di bagian accounting yang lugu namun jenius matematika. Trio ini mampu menampilkan persahabatan, solidaritas, dan kekompakan yang nyata dan relate dengan penonton (khususnya bagi para wanita pekerja).
Wardrobe dan makeup gaya retro, style rambut yang begitu eye-catching dan setting duniaperkantoran era 90-an juga faktor pendukung yang betul-betul digarap serius sehingga membuat penonton merasakan nostalgia di mana era awal Microsoft Windows baru berjaya dan handphone juga masih sesuatu yang belum lazim.
Jong-pil mampu menampilkan cerita yang sebetulnya woman-centric menjadi sesuatu yang edukatif dan cerdas tanpa menggurui. Isu sosial seperti bagaimana korporasi besar melakukan tindakan ‘pembersihan’ lewat metode uang ganti rugi, dominasi kapitalisme Barat yang terjadi di seluruh Asia, diskriminasi akademis yang dialami oleh pekerja wanita, semua ditampilkan tanpa basa-basi dengan gaya satir.
“Boys be ambitious!”
“I can do it, you can do it, we can do it!”
“Even a worm will turn.”
Beberapa kalimat dan idiom bahasa Inggris yang paling sederhana yang digunakan dalam film ternyata adalah pesan utama di balik film Samjin Company English Class yang mengajarkan untuk tidak mudah menyerah walau kadang keadaan tidak berpihak pada kita, bahwa sesuatu yang benar adalah hal yang harus dipertahankan. Di sisi lain film ini memberi pesan mengapa kita rela mencurahkan waktu kita untuk pekerjaan selain untuk menafkahi hidup. Film ini dimaksudkan dapat memberi semangat positif dan menghibur penonton di saat dunia masih dilanda pandemik COVID-19 dan Jong-pil terbukti berhasil melakukannya.
Overall: 8,5/10
(By Camy Surjadi)