Sonic the Hedgehog bisa dijadikan contoh oleh studio-studio lain bagaimana mengadaptasi video game menjadi film yang benar. Rahasianya adalah mendengarkan suara fans. Sukses dengan film pertama dengan rombak besar-besaran dari sisi sepsial efek yang berbuah hasil manis, Sonic the Hedgehog melanjutkan petualangannya di film kedua. Rasa was-was tentu saja ada. Tidak banyak film adaptasi game bisa berlanjut ke film kedua karena seringnya gagal di film pertama. Dengan modal sukses film pertama dan masih banyaknya karakter dari universe Sonic belum muncul, sequel ini hadir dengan rasa percaya diri yang cukup tinggi.
Melanjutkan apa yang sudah terjadi pada film pertama, Sonic (Ben Scwartz) yang hidup tanpa gangguan Robotnik (Jim Carrey) mengisi hari-harinya dengan damai sambil mencoba menjadi pahlawan di malam hari. Namun aksi heroiknya sering mendatangkan kerugian dari pada manfaatnya. Disaat yang bersamaan dengan cara tak terduga Robotnik mampu kembali ke bumi setelah terasing dari planet jamur. Robotnik bisa kembali ke bumi atas bantuan Knuckles (Idris Elba) yang kebetulan juga mencari keberadaan Sonic dan ingin melampiaskan dendam lamanya. Sonic yang tidak mengetahui bahaya yang akan datang padanya diperingatkan oleh Tails (Colleen O'Shaughnessey) yang datang jauh-jauh dari luar planet. Dengan bantuan Tails, sekarang Sonic tidak hanya kembali harus menghadapi Robotnik, namun juga Knuckles yang mempunyai kekuatan lebih besar dari Sonic.
Layaknya sebuah sequel film aksi tentunya para kreator film ini harus bisa memberikan sesuatu yang lebih besar dari pada film pertama namun juga tidak mengorbankan dari sisi cerita. Dan untungnya sutradara Jeff Fowler cukup berhati-hati dalam hal ini yang seakan tidak mau hanya dianggap aji mumpung dengan kesuksesan film pertama. Jeff Fowler bisa membagi porsi drama, aksi dan pengembangan karakter-karakter penting dalam film ini dengan pas. Mulai dari Sonic, Knuckles, Tails sampai Robotnik dapat mengisi porsi dengan kekuatannya masing-masing. Hadirnya Knuckes dalam sequel ini lebih dari sekadar villain. Kehadirannya yang diisi suara oleh Idris Elba cukup menarik perhatian tanpa melepaskan fokus kita pada Sonic yang pusat cerita. Plot cerita yang sederhana dapat dimaksimalkan dengan baik oleh Jeff Fowler.
Ketika penonton sudah masuk dan menikmati ceritanya siap-siap disuguhi aksi dan spesial efek yang jauh lebih besar dibandingkan film pertama. Teruta dan visual 3 landak utama kita, Sonic, Knuckles dan Tails. Visual fisik mereka terasa makin halus. Perhatikan saja bulu-bulu yang makin terasa nyata lalu dipadukan dengan adegan aksi yang cukup massive. Penonton akan terasa puas dengan klimaks aksi 30 menit terakhir. Yang kamu lihat di trailer belum ada apa-apanya dengan yang disajikan di klimaksnya. Jim Carrey layak mendapat kredit lebih karena bisa meramaikan karakter manusianya di tengah-tengah CGI.
Secara keseluruhan, film kedua ini menjawab rasa was-was kita sebagai penonton, yang tidak hanya mampu memuaskan fans, namun juga dapat membawa penonton yang baru mengenali universe Sonic. Dan selalin itu Sonic the Hedgehog pertama dan kedua ini bisa dibilang mematahkan mitos jika film yang diadaptasi dari game akan selalu berakhr dengan kegagalan. Tidak seperti Resident Evil yang memang mendulang keuntungan dari pemasukan namun gagal mendapat respon poisitif dari penikmat film, dua film Sonic mampu meraih keduanya.
Overall: 7,5/10