Sukses dengan film pertamanya yang meraih sejuta penonton lebih, tidak butuh lama sequelnya pun menyusul diproduksi. Film debut Muhadkly Acho sebagai sutradara yang menggantikan posisi Bene Dion yang menutradarai film pertamanya. Di film pertama sendiri Acho ada di posisi konsultan komedi (Ghost Writer 2 diproduksi sebelum Gara-Gara Warisan yang juga disutradarai oleh Acho tetapi rilis terlebih dahulu). Sementara Nonny Boenawan yang menulis naskahnya film pertamanya kembali menulis naskah untuk film kedua ini bersama Acho. Dan sebagian besar para cast juga kembali hadir mengisi peran masing-masing, mulai dar Tatjana Saphira, Deva Mahenra, Endy Arfian, Moh Iqbal Sulaiman, Ernest Prakasa, Arief Didu, dan Asri Welas.
Melanjutkan apa yang sudah terjadi pada akhir film pertama, Naya (Tatjana Saphira) yang sukses dengan novel pertamanya yang bahkan bertahan dengan status best seller selama setahun merasa tidak puas dengan posisinya saat ini. Semua itu dikarenakan para pembaca lebih menganggap Naya seperti seorang dukun dari pada sebagai seorang penulis. Naya ingin keluar dari anggapan itu dengan mengikuti menulis antologi bersama penulis idolanya dan menjauh dari tulisan bertema horror. Di tegah-tengah tekanan untuk bisa menyelesasikan tulisannya, hubungan Naya dan Vino (Deva Mahenra) juga memburuk. Karena selain hubungan mereka belum direstui 100% oleh ibu Vino (Widyawati), ego Naya dan Vino makin memperkeruh situasi itu. Sampai hal yang tidak terduga Vino kecelakaan pada saat kerja dan meningal dunia. Namun kematian Vino itu hanyalah awal karena ternyata arwah Vino belum bisa beristirahat dengan semestinya. Dibalik kematian Vino ternyata tersimpan sebuah misteri yang harus membuat naya harus berhubungan dengan yang mistik lagi, hal yang sangat dihindarinya untuk bisa menyelesaikan tulisannya yang mempunyai deadline.
Saat 30 menit film berjalan saya sudah berani berasumsi sequel ini lebih baik dibandingkan film pertama. Saya berani berasumsi seperti itu karena saya ingat persis pada 30 menit pertama di film pertama saya sudah mulai goyah atau mulai kehilangan minat dengan jalan ceritanya. Pada babak pertama sequel ini secara pelan-pelan membawa penonton kembali mengenali karakter-karakternya. Tidak terburu-buru menuju konflik. 30 menit pertama ini sangat dipusatkan pada karakter-karakternya. Memasuki babak kedua barulah kita dibawa pada konflik utamanya dan bahkan menyiapkan sedikit twist. Sebuah twist yang mungkin udah ada yang bisa menebak namun cukup mampu menaikan tempo film. Dan perkembangan karakter yang cukup kontras ada pada Deva Mehenra. Karakternya sebagai Vino dalam film kedua ini jauh lebih berisi. Deva Mahenra adalah jembatan atau penyeimbang porsi drama dan komedi. Bahkan bisa dikatakan karakter Vino jauh lebih mendominasi dibandingkan karakter Naya.
Seperti halnya film pertama, porsi komedi masih menjadi bagian terbaik dari Ghost Writer 2. Kali ini kombinasi aneh trio Darto (Endy Arvian), Billy (M. Iqbal Sulaiman) dan Pak Saidi (Arif Didu) merupakan sumber komedi Ghost Writer 2. Muhadkly Acho yang sudah berpengalaman sebagai komedi konsultan sangat bisa memaksimalkan bagian ini. Hampir sebagian ketika mereka bertiga muncul akan selalu memancing tawa penonton. Bagian terbaiknya pada saat memanggil setan dengan bertelanjang. Percayalah, suara tawa tidak berhenti sampai sequence itu berakhir.
Jika runutan plot cerita terasa rapi, lalu porsi komedi yang yang sangat menghibur, namun tidak pada porsi dramanya. Muhadkly Acho rasanya mungkin membutuhkan konsultan drama. Inginnya bisa memberikan energi lebih film ini lewat dramanya, namun pengemasannya terasa bertele-tele. Ini juga yang saya rasakan pada saat Gara-Gara Warisan dan terulang lagi pada Ghost Writer 2. Meletakan porsi drama yang kuat setelah final act yang mengakibatkan konklusi film menjadi terasa lama. Hal tersebut sedikit merusak euphoria penonton yang baru disuguhi banyak tawa.
Secara keseluruhan dengan segala kekurangannya Ghost Writer 2 mampu tampil lebih baik dan solid dibandingkan film pertamanya. Andai saja porsi drama ini bisa dikemas lagi lebih rapi, Ghost Writer 2 bisa menjadi jauh lebih baik.
Overall: 7/10